Sekapur Sirih
Para pengunjung blog yang budiman, masa waktu dua belas bulan dalam tahun 2008 usai sudah telah kita lewati. Tak terasa, kini kita telah memasuki masa waktu yang baru di tahun 2009. Jika kita merenungi masa pada tahun 2008, maka nampak dalam benak kita suatu pertanyaan, prestasi apa yang telah kita capai pada saat itu? idealnya, tentu pertanyaan itu akan timbul kembali pada benak kita, apa pula prestasi yang akan kita raih pada tahun 2009 ini?
Sungguh pertanyaan-pertanyaan itu mengandung nilai-nilai motivasi. Adalah suatu nilai-nilai yang tersirat didalamnya menuju pada sebuah kata kunci “perubahan“. Perubahan ini kita konotasikan dengan kemajuan dalam alam lingkungan kehidupan. Dengan demikian, sasaran akhirnya adalah bagaimana mengisi trend kondisi dinamika yang lagi berkembang. Ini berarti merangsang kita untuk menciptakan suatu gebrakan “selangkah lebih maju“ dalam fenomena kehidupan ini.
Itulah yang mengilhami cara dan gaya berpikir PUSKAPLING dan SDN 1 Tilote yang ada di Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Pada tahun ini, tepatnya pada tanggan 12 bulan Januari 2009, PUSKAPLING bersama SDN 1 Tilote telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), tentang Kerja Sama Penerapan Dan Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).
Semangat dan itikad kedua belah pihak ini, membuktikan, bahwa wujud keberadaan PUSKAPLING adalah sebuah cermin LSM yang tidak hanya mahir dalam memainkan kritik terhadap kebijakan yang ada. Namun dihadapan pemerintah, posisi PUSKAPLING disamping sebagai lembaga sosial kontrol kebijakan Pemerintah, sekaligus menjadi bentuk keterwakilan peran masyarakat.
Bentuk keterwakilan itu, adalah suatu keterwakilan yang memiliki kemampuan peran dalam memberikan sentuhan konsep berpikir untuk maju dan berkembang. Dengan demikian, eksistensi PUSKAPLING tidak hanya menjadi lembaga sosial kontrol semata, melainkan sebagai mitra Pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, konsep berpikir ini, jelas merupakan relevansi dari sikap menuju suatu perubahan selangkah lebih maju. Yaitu suatu sikap pembentuk prilaku yang respect terhadap trend kondisi dinamika teknologi, informasi, dan komunikasi yang lagi berkembang. Inilah yang mewarnai semangat cara dan gaya berpikir pihak manajemen SDN 1 Tilote.
Manajemen SDN 1 Tilote dalam menyikapi trend kondisi dinamika teknologi, informasi, dan komunikasi yang lagi berkembang itu, telah membuka diri terhadap kehadiran PUSKAPLING. Kehadiran PUSKAPLING bagi SDN 1 Tilote, dipercayakan dan diharapkan dapat menggenjot sumber daya manusia dari para anak didiknya, khususnya dibidang penguasaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).
Memperhatikan konsep berpikir dari PUSKAPLING dan prilaku manajemen SDN 1 Tilote yag senantiasa membuka diri itu, dapat disimpulkan inilah model kemitraan yang diharapkan dalam pendidikan. Karena hal itu merupakan nafas dari implementasi Pasal 8, 9, dan 10 sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
SADIK GANI, SE
Information and Communication Technologi
Memahami Teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya menyandarkan pada pengertian tiga suku kata di atas. Tetapi lebih dari itu harus dipahami lebih dalam, mengapa tiga suku kata itu harus dipadu menyadi satu kalimat yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran TIK. Itu mengartikan, bahwa tiga kata dasar itu, masing-masing memiliki nilai kekuatan dan pengaruh tersendiri dalam peradaban kehidupan manusia.
Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, maka ICT atau TIK yang menjadi medan garapan ilmu pengetahuan dari ICT CLINIC di SDN 1 Tilote adalah; Teknologi Informasi dan Komunikasi, BUKAN “Informasi Komunikasi dan Teknologi“. Hal ini cukup beralasan, karena informasi komunikasi dan teknologi, pengertiannya adalah informasi tentang komunikasi dan informasi tentang teknologi. Dengan demikian informasi komunikasi dan teknologi, hanyalah terbatas pada pengetahuan saja, dan bukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sifat dari informasi komunikasi dan teknologi, mudah ditemui atau diperoleh, hanya dengan cukup nonton televisi, dengar radio, maupun baca koran saja.
Pada unsur kata Teknologi, Informasi, Komunikasi inilah, mengapa ICT Clinic harus dihadirkan ditengah-tengah para anak didik sekolah yang ada di SDN 1 Tilote. Dengan TIK ini, para anak didik akan diarahkan pada pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi yang berbudaya.
Pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi pada tingkat anak didik ini, dimaksudkan karena alasan dinamika dunia pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menuju pada suatu jenjang peradaban dunia pendidikan dan kehidupan yang lebih baik, ICT SDN 1 Tilote telah memiliki “TAKTIK”. Artinya; Tidak Ada Kehidupan yang baik (peradaban), tanpa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Muhajirin AHM
Rabu, 21 Oktober 2009
Susunan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II
Kamis, 24 September 2009
Sekolah negeri kalah bersaing
Sabtu, 19 September 2009
1 Syawal 1430 H
Rabu, 19 Agustus 2009
Peluang dan Tantangan SBI
Oleh : H.R. Iip Hidayat
Menghadapi tantangan global saat ini, khususnya tuntutan akan pendidikan bermutu menjadi mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar, maka pembaharuan pendidikan perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan ini, maka dapat kita kaji dan perhatikan beberapa landasan hukum yang dapat dijadikan sebagai acuan, di antaranya: Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Pada Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Selanjutnya pada ayat 7 disebutkan, ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan (sekolah bertaraf internasional/SBI) sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pada PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota disebutkan bahwa penyelenggaraan dan/atau pengelolaan satuan pendidikan dan/atau program studi bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi.
Pemprov Jawa Barat melalui Perda Nomor 7 Tahun 2008 mengeluarkan peraturan tentang penyelenggaraan pendidikan di Jawa Barat yang di antaranya mengatur kewenangan tentang satuan pendidikan/program studi bertaraf internasional. Pemprov Jawa Barat juga telah melaksanakan PP 38 Tahun 2007 dan PP 41 Tahun 2007 untuk mengakomodasi kebijakan bidang pendidikan khususnya pengelolaan SBI. Maka di dalam struktur organisasi pemerintah daerah (SOPD) pada Disdik Jawa Barat dibentuk seksi baru yang menangani SBI dan SSN yaitu Seksi Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN), Sekolah Bertaraf Internasional(SBI) dan Kerja Sama Pendidikan Tinggi di Bidang Dikmenti. Demikian pula di Bidang Pendidikan Dasar terbentuk seksi yang menangani SSN dan SBI. selengkapnya.....
Sabtu, 08 Agustus 2009
Guru sebagai Pelaku Transformasi Sosial
Membahas peranan dan kedudukan guru dalam politik pendidikan di Indonesia, secara spontan dua hal mesti menjadi perhatian kita. Pertama, telaah dari sudut pandang historis faktual, dan kedua, telaah dari sudut pandang normatif idealis. Telaah historis mendasarkan diri pada data-data sejarah, sedangkan telaah normatif idealis mendasarkan diri pada konsep, pemahaman dan nilai-nilai yang dipahami oleh guru sebagai pelaku perubahan dalam memandang dunia dan masyarakat di mana mereka hidup. Dua hal ini kiranya patut mendapatkan perhatian kita ketika ingin menelusuri kembali bagaimana peranan dan kedudukan guru dalam politik pendidikan di Indonesia. Agar dapat menemukan kembali peranan guru sebagai pelaku transformasi sosial dalam masyarakat perlulah kita memetakan beberapa persoalan yang muncul berkaitan dengan dua hal di atas agar kita dapat menemukan alternatif pengembangan bagi pembentukan diri guru sebagai pelaku perubahan.
Peran guru dalam politik pendidikan
Jika kita bertanya apakah peranan guru dalam politik pendidikan, kita mesti jelas dulu apa yang dimaksud dengan peranan guru dalam konteks konstelasi politik di Indonesia. Yang saya maksud dalam hal ini adalah peranan guru dalam proses pendidikan, atau dengan kata lain, bagaimana guru berperan serta dalam mendisain dan terlibat dalam politik pendidikan di Indonesia.
Jadi, peranan guru di sini sudah dibatasi bukan pada peranan politik dalam arti luas, seperti menjadi caleg, politisi, dll, melainkan menunjuk pada peranan yang khas guru dalam kerangka politik pendidikan. selengkapnya......
Minggu, 02 Agustus 2009
Indikator Mutu Proses Pendidikan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kajian Elaborasi Indikator Mutu Proses Pendidikan
Oleh : Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc
Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan. Selama ini pemerintah telah banyak melakukan berbagai usaha dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, antara lain menerbitkan peraturan perundangan, mengadakan penataran bagi para guru, menyediakan buku-buku pendidikan dan pengembangan kurikulum yang ada. Selain itu secara fisik, pemerintah telah menambah jumlah gedung-gedung sekolah di seluruh Indonesia, serta melengkapi sekolah dengan berbagai sumber belajar lain seperti media pembelajaran, kotak percobaan IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan sebagainya.
Peningkatan mutu pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau idak mau harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia. Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya, bukan ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber daya manusia yang bermutu tidak ada begitu saja, tetapi harus melalui suatu proses pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi.
Lundvall seperti dikutip oleh Mansell dalam laporan untuk UNSCTD (1998:11) menyatakan bahwa kunci pembangunan ekonomi terletak pada pengetahuan, dan karena itu proses yang terpenting dalam pembangunan ekonomi adalah belajar; belajar sifatnya interaktif dan terjalin dalam proses di masyarakat. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan inti dari pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) melalui pendidikan setiap orang dapat belajar; 2) dengan belajar orang akan menguasai kompetensi tertentu; 3) dengan menguasai kompetensi orang dapat berkarya atau memberikan jasa; 4) dengan berkarya atau memberikan jasa mereka dapat memperoleh penghasilan; 5) dengan memperoleh penghasilan mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa berkembang; 6) dengan adanya kebutuhan yang semakin berkembang maka akan berkembang pula produksi dan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan; 7) dan dengan perkembangan produksi dan perdagangan ini maka ekonomi dapat tumbuh dan maju.
Istilah mutu mengandung banyak pengertian dan rujukan; ada yang berpendapat bahwa mutu atau kualitas adalah sesuatu yang baik, dan ada yang berpendapat bahwa mutu adalah sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan standar. Sedangkan pengertian standar sendiri dapat dibedakan dalam satu rentangan dengan “ambang” (threshold) atau standar minimal pada ujung yang satu, dan baku-mutu (benchmarck) pada ujung rentangan yang lain.
Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga diartikan secara berbeda beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan ditandai dengan kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan, daya tarik pendidikan yang besar, efektivitas program, serta efisiensi dan produktivitas kegiatan. Sementara itu masyarakat umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarrnya lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi. Seringkali masyarakat juga berpendapat bahwa mutu selalu berkaitan dengan biaya, yaitu mutu yang tinggi selalu berarti dengan biaya yang tinggi. Padahal biaya yang tinggi tidak selalu menjamin mutu yang baik, apalagi karena sekarang ini sedang terjadi gejala komersialisasi pendidikan, yang berorientasi kepada seklah yang “menjual citra dan ijazah”.
Perbedaan sudut pandang didasarkan pada pendapat bahwa dalam proses pendidikan ada tiga unsur yang berkepentingan. Yang pertama adalah pemerintah dan/atau yayasan bagi pendidikan swasta yang menentukan aturan pengelolaan (termasuk anggaran dan tatalaksana); kedua adalah peserta didik beserta orangtuanya yang memperoleh manfaat dari hasil pendidikan; dan ketiga adalah masyarakat, yang memperoleh manfaat dari tersedianya tenaga terdidik. lKetiga sudut pandang ini ada kemungkinan berbeda dalam mengartikan mutu proses pendidikan.
Dalam dua kajian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai prakarsa sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan, diperoleh informasi bahwa sebagian besar pimpinan satuan pendidikan yang dikaji berpendapat sejalan dengan pendapat umum. Yaitu bahwa ujung proses pendidikan yang bermutu adalah jumlah dan nilai kelulusan di atas standar. Pengkajian tersebut dilakukan di 28 satuan pendidikan dasar dan 36 satuan pendidikan menengah. Tim pengkaji bahkan menemukan bahwa di suatu sekolah unggulan yang diusahakan berstandar nasional berdasarkan Keputusan Direktur Pembinaan SMA Ditjen MPDM No.802a/C4/Mn/2006 ttg. 25 April 2006, diuntut nilai minimal 7.5 bagi siswanya untuk semua matapelajaran. Bila kurang dari standar itu siswa dipindahkan ke sekolah lain. Padahal sekolah tersebut tidak memiliki laboratorium yang memadai. Paradigma pengajaran masih diterapkan dengan guru yang lebih aktif, dan belum melaksanakan pembelajaran yang berfokus pada siswa belajar aktif.
Pengkajian ini berusaha untuk mengidentifikasi apa saja indikator mutu proses pendidikan pada jalur pendidikan formal. Tiap indikator kemudian dielaborasikan sehingga jleas makna. Pengkaijan dilakukan mengunkana metode Delphi dalam tiga putaran. Putaran pertama melibatkan 121 orang yang meliputi para pakar pendidkan, tokoh masyarakat, pejabat dalam lingkungan pendidikan, dan praktisi (pengawas, kepala sekolah/ madrasah, dan guru).
Pada putaran pertama dijaring pendapat dengan pertanyaan terbuka. Pendapat dari para responden terkumpul sebanyak 824, yang dapat diringkas menjadi 384 pernyataan atas dasar kesamaan makna. Ke 384 indikator tersebut kemudian diolah lagi dengan penggabungan yang setara generalisasinya. Penggabungan tersebut menghasilkan 64 indkator, yang dapat dikelompokkan menjadi tujuh kategori, yaitu 1) profesionalisme guru, 2) kurikulum dan proses pembelajaran, 3) sarana, prasarana dan sumber belajar, 4) penilaian belajar dan pembelajaran, 5) daya tarik dan keberhasilan belajar, 6) pengembanagn budaya kelembagaan, dan 7) pendayagunaan lingkungan. selengkapnya........
Sabtu, 18 Juli 2009
Sertifikat Profesi Guru Akan Dicabut Jika Guru Tidak Profesional
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengancam akan mencabut sertifikat profesi guru,apabila tenaga pendidik tersebut tidak menjalani profesi dengan baik. Antara lain yang menjadi sorotan Depdiknas terkait jam mengajar.
“Guru yang tidak mengajar selama 24 jam,tidak menjalankan profesinya dengan benar. Maka sertifikat profesi guru akan dicabut,” kata Direktur Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Achmad Dasuki di Jakarta kemarin.
Direktorat Jenderal PMPTK tengah menyusun evaluasi sertifikasi guru yang akan berjalan selama 2007 hingga 2012.“Jika guru besertifikat tidak memenuhi profesinya, maka sertifikat itu akan kami cabut. Dia tetap PNS, tapi tidak jadi guru lagi. Jadi tukang ketik saja di kantor pendidikan setempat,”ujarnya. Menurut dia, sanksi pencabutan sertifikat ini wajar dilakukan untuk memacu profesionalisme guru dalam mendidik. selengkapnya....
Minggu, 12 Juli 2009
9 Principles of Good Practice for Assessing Student Learning
- The assessment of student learning begins with educational values. Assessment is not an end in itself but a vehicle for educational improvement. Its effective practice, then, begins with and enacts a vision of the kinds of learning we most value for students and strive to help them achieve. Educational values should drive not only what we choose to assess but also how we do so. Where questions about educational mission and values are skipped over, assessment threatens to be an exercise in measuring what's easy, rather than a process of improving what we really care about.
- Assessment is most effective when it reflects an understanding of learning as multidimensional, integrated, and revealed in performance over time. Learning is a complex process. It entails not only what students know but what they can do with what they know; it involves not only knowledge and abilities but values, attitudes, and habits of mind that affect both academic success and performance beyond the classroom. Assessment should reflect these understandings by employing a diverse array of methods, including those that call for actual performance, using them over time so as to reveal change, growth, and increasing degrees of integration. Such an approach aims for a more complete and accurate picture of learning, and therefore firmer bases for improving our students' educational experience.
- Assessment works best when the programs it seeks to improve have clear, explicitly stated purposes. Assessment is a goal-oriented process. It entails comparing educational performance with educational purposes and expectations -- those derived from the institution's mission, from faculty intentions in program and course design, and from knowledge of students' own goals. Where program purposes lack specificity or agreement, assessment as a process pushes a campus toward clarity about where to aim and what standards to apply; assessment also prompts attention to where and how program goals will be taught and learned. Clear, shared, implementable goals are the cornerstone for assessment that is focused and useful.
- Assessment requires attention to outcomes but also and equally to the experiences that lead to those outcomes. Information about outcomes is of high importance; where students "end up" matters greatly. But to improve outcomes, we need to know about student experience along the way -- about the curricula, teaching, and kind of student effort that lead to particular outcomes. Assessment can help us understand which students learn best under what conditions; with such knowledge comes the capacity to improve the whole of their learning.
- Assessment works best when it is ongoing not episodic. Assessment is a process whose power is cumulative. Though isolated, "one-shot" assessment can be better than none, improvement is best fostered when assessment entails a linked series of activities undertaken over time. This may mean tracking the process of individual students, or of cohorts of students; it may mean collecting the same examples of student performance or using the same instrument semester after semester. The point is to monitor progress toward intended goals in a spirit of continous improvement. Along the way, the assessment process itself should be evaluated and refined in light of emerging insights.
- Assessment fosters wider improvement when representatives from across the educational community are involved. Student learning is a campus-wide responsibility, and assessment is a way of enacting that responsibility. Thus, while assessment efforts may start small, the aim over time is to involve people from across the educational community. Faculty play an especially important role, but assessment's questions can't be fully addressed without participation by student-affairs educators, librarians, administrators, and students. Assessment may also involve individuals from beyond the campus (alumni/ae, trustees, employers) whose experience can enrich the sense of appropriate aims and standards for learning. Thus understood, assessment is not a task for small groups of experts but a collaborative activity; its aim is wider, better-informed attention to student learning by all parties with a stake in its improvement.
- Assessment makes a difference when it begins with issues of use and illuminates questions that people really care about. Assessment recognizes the value of information in the process of improvement. But to be useful, information must be connected to issues or questions that people really care about. This implies assessment approaches that produce evidence that relevant parties will find credible, suggestive, and applicable to decisions that need to be made. It means thinking in advance about how the information will be used, and by whom. The point of assessment is not to gather data and return "results"; it is a process that starts with the questions of decision-makers, that involves them in the gathering and interpreting of data, and that informs and helps guide continous improvement.
- Assessment is most likely to lead to improvement when it is part of a larger set of conditions that promote change. Assessment alone changes little. Its greatest contribution comes on campuses where the quality of teaching and learning is visibly valued and worked at. On such campuses, the push to improve educational performance is a visible and primary goal of leadership; improving the quality of undergraduate education is central to the institution's planning, budgeting, and personnel decisions. On such campuses, information about learning outcomes is seen as an integral part of decision making, and avidly sought.
- Through assessment, educators meet responsibilities to students and to the public. There is a compelling public stake in education. As educators, we have a responsibility to the publics that support or depend on us to provide information about the ways in which our students meet goals and expectations. But that responsibility goes beyond the reporting of such information; our deeper obligation -- to ourselves, our students, and society -- is to improve. Those to whom educators are accountable have a corresponding obligation to support such attempts at improvement.
Authors
Alexander W. Astin; Trudy W. Banta; K. Patricia Cross; Elaine El-Khawas; Peter T. Ewell; Pat Hutchings; Theodore J. Marchese; Kay M. McClenney; Marcia Mentkowski; Margaret A. Miller; E. Thomas Moran; Barbara D. Wright This document was developed under the auspices of the AAHE Assessment Forum (Barbara Cambridge is Director) with support from the Fund for the Improvement of Post-Secondary Education with additional support for publication and dissemination from the Exxon Education Foundation. Copies may be made without restriction. AAHE site maintained by: Mary C. Schwarz mjoyce@aahe.org Modification Date: Thursday, July 25, 1996.
Sources By; http://ultibase.rmit.edu.au/Articles/june97/ameri1.htm
Rabu, 08 Juli 2009
50 Blogging Tools Berguna untuk Guru
Blogging is becoming more and more popular in the classroom. Teachers can blog to stay in touch with parents and students or they can incorporate blogs from all of the students as a learning tool. Blogging menjadi semakin populer di dalam kelas. Guru dapat blog untuk tetap berkomunikasi dengan orang tua dan siswa atau mereka dapat menggabungkan blog dari seluruh siswa sebagai alat belajar. The beauty of the student blog is that children from Kindergarten to high school can blog. Keindahan pelajar blog adalah bahwa anak-anak dari TK ke sekolah tinggi dapat blog. No matter how you use blogs in your classroom, these tools will help you get started, enhance your experience, or bring the students into the fun. Tidak peduli bagaimana Anda menggunakan blog Anda di ruang kelas, alat ini akan membantu anda memulai, meningkatkan pengalaman Anda, atau membawa para siswa ke dalam kesenangan.
Where to Create Your Blog Tempat Buat Blog Anda
Creating a blog is the first step. Membuat blog adalah langkah pertama. The following resources all offer blog publishing. Sumber berikut semua blog menawarkan penerbitan. Some of these are aimed specifically at school blogs while others are available for anyone. Beberapa ditujukan khusus di sekolah sementara blog lain yang tersedia bagi siapapun.
- Class Blogmeister . Kelas Blogmeister. Created as a blogging platform specifically for educators, this free service will get you and your students blogging in no time. Dibuat sebagai blogging platform khusus untuk pendidik, hal ini akan mendapatkan layanan gratis Anda dan siswa blogging dalam waktu. An added bonus to this service is that it is rarely blocked by school filters due to it's specific safety features. An bonus untuk layanan ini adalah bahwa jarang diblokir oleh filter sekolah karena itu khusus fitur keselamatan.
- Edublogs . Edublogs. Another blogging platform made just for educators, this service is based on WordPress, so comes with all the features of WordPress. Blog platform lain yang dibuat hanya untuk pendidikan, layanan ini didasarkan pada Wordpress, jadi datang dengan semua fitur Wordpress. Another benefit of Edublogs is the short and simple URLs for the blogs that make it easy to share with parents. Manfaat lain dari Edublogs yang singkat dan sederhana untuk URL blog yang memudahkan untuk berbagi dengan orang tua.
- WordPress . Wordpress. Get a free blog with WordPress and you will also have access to plenty of tools such as spellcheck, integrated stats tracker, and spam protection. Dapatkan blog gratis dengan Wordpress dan Anda juga akan memiliki akses ke banyak tool seperti periksaejaan, pelacak statistik terpadu, dan perlindungan spam. This is one of the more popular blogging platforms. Ini adalah salah satu platform blog lebih populer.
- Blogger . Blogger. Another popular blogging publisher, Blogger is teamed up with Google and offers lots of tools to make your blogging experience easier. Penerbit lain yang populer blogging, Blogger teamed dengan Google dan menawarkan banyak tool untuk membuat Anda lebih mudah pengalaman blogging. You will need a Google account to create a blog with these folks. Anda perlu account Google untuk membuat blog ini dengan folks.
- TypePad . TypePad. TypePad lets you select from thousands of designs and has lots of widgets, custom banners, and more. TypePad memungkinkan Anda memilih dari ribuan desain dan memiliki banyak widget, kustom spanduk, dan banyak lagi. However, this service is not free. Namun, layanan ini tidak gratis. You can take advantage of a free trial before you decide to pay the low monthly fee or annual subscription, though. Anda dapat mengambil keuntungan dari percobaan gratis sebelum Anda memutuskan untuk membayar biaya bulanan yang rendah atau tahunan berlangganan, though.
- LiveJournal . LiveJournal. In addition to providing a blog, LiveJournal also makes it easy to create a social network through the blogs. Selain menyediakan sebuah blog, LiveJournal juga memudahkan untuk membuat jaringan sosial melalui blog. This might work great for your class if all the students will have their own blog as well. Hal ini dapat bekerja sangat baik untuk kelas jika semua siswa akan memiliki blog juga.
- Moveable Type . Jenis dpt bergerak. Another free blog publisher, Moveable Type offers many of the same features as the others with a spam blocker, templates, and more. Penerbit lain blog gratis, dpt dipindahkan Jenis menawarkan banyak fitur yang sama seperti yang lain dengan spam blocker, template, dan banyak lagi.
- Tumblr . Tumblr. Not really a full-fledged blogging platform, Tumblr is designed for smaller posts and a much more personalized experience. Yang tidak benar-benar penuh blogging platform, Tumblr dirancang untuk posting lebih kecil dan lebih banyak pengalaman pribadi. If you aren't ready to go the way of the blog, this might be a good way to get your feet wet. Jika Anda tidak siap untuk pergi jalan blog, mungkin ini cara yang baik untuk mendapatkan kaki basah.
- Windows Live Writer . Windows Live Writer. Get a Space in Windows Live and download Live Writer to start blogging with this publisher. Ruang Angkasa dalam mendapatkan dan men-download Windows Live Live Writer untuk memulai blog ini dengan penerbit. You can connect with others, post video, and more with Live Writer. Anda dapat terhubung dengan orang lain, pasang video, dan banyak lagi dengan Live Writer.
- Thingamablog . Thingamablog. All you need to get started with this blog platform is FTP, SFTP, or access to a server. Semua yang anda butuhkan untuk memulai dengan blog ini adalah platform FTP, SFTP, atau akses ke server. The setup wizard will guide you through the steps of getting your blog in place. Setup wizard akan memandu Anda melalui langkah-langkah yang mendapatkan tempat di blog Anda. selengkapnya.....
Selasa, 07 Juli 2009
Pendidikan Teknologi Informasi Peluang dan Tantangan
Pendahuluan
- Masyarakat industri ke masyarakat informasi(kita masih berkutat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri).
- Teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi (hightech).
- Ekonomi nasional ke perekonomian dunia.
- Kebutuhan jangka pendek ke jangka panjang.
- Sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi.
- Bantuan ke lembagaan berpindah ke swakarsa.
- Dari pola hirarchi ke jaringan kerja (networking).
- Dari pilihan terbatas ke banyak pilihan.
- Seorang profesional dapat bekerja di kawasan Asean dengan tanpa banyak hambatan.
- Terciptanya lapangan kerja yang lebih luas bagi profesional, teknisi dan tenaga trampil dikawasan Asean.
- Terbukanya persaingan lintas batas dalam penawaran barang dan jasa.
- Barang dan manusia dapat bergerak mudah dari satu negara ke negara lain seperti dari satu provinsi ke provinsi yang lain.
- Perusahaan perusahaan akan bersaing bebas di seluruh kawasan.
- Kerusakan produk teknologi seperti jam, kulkas ataupun mobil akan diperbaiki berdasarkan sistem garansi yang umum.
- Persaingan bisnis akan lebih besar disemua sektor.
Kamis, 02 Juli 2009
MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI DUKUNGAN ORANGTUA DAN KONSEP DIRI AKADEMIK SISWA
Pada tahun 1999 Institute for Management Development (IMD) menerbitkan hasil survei tentang sumber daya manusia (SDM), industri, dan iptek di 46 negara di dunia. Hasil survei tersebut menempatkan Indonesia pada posisi ke-44 dari 46 negara tersebut. Sedangkan survei tentang Indeks Pembangunan Manusia, Indonesia berada pada posisi ke-105 dari 108 negara. Pada tahun 2000 lalu, sebuah organisasi dunia, International Association of Educational Evaluation in Achievement (IEA) telah menerbitkan hasil survei prestasi belajar matematika dan IPA bagi siswa-siswa sekolah usia 13 tahun pada 42 negara. Hasil survei tersebut menempatkan Indonesia pada posisi ke-39 untuk kemampuan IPA, dan posisi ke-40 untuk prestasi belajar matematika (Suryadi, 2001).
Salah satu faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak atau kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Selengkapnya....
Rabu, 01 Juli 2009
Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional
2. menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. menggunakan destruktif discipline,
4. mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5. merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. tidak adil (diskriminatif), serta
7. memaksakan hak peserta didik (Mulyasa, 2005:20).
Selasa, 30 Juni 2009
Karakteristik Siswa Abad 21
Keberadaan teknologi tersebut juga memungkinkan semua orang, yang memiliki akses terhadap teknologi ini tentunya, dapat memperoleh informasi apa saja, dari mana saja, dimana saja, kapan saja. Ini artinya, semua orang dapat belajar apa saja, kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja, dengan cara apa saja. Sehingga, kalo menurut mbah Badrul Khan, pembelajaran akan lebih bersifat terbuka, fleksibel dan terdistribusi (distributed). Inilah yang menjadi karakteristik e-learning sesungguhnya.
Oleh karena itu, manusia-manusia abad 21 akan dan atau harus memiliki keterampilan-keterampilan khusus tertentu. Dabbagh (2007) memberikan karakteristik sebagai berikut:
1. Keterampilan Belajar Sosial; keterampilan ini meliputi kemampuan mengambil keputusan, berkomunikasi, membangun kepercayaan, dan manajemen konflik yang kesemuanya itu merupakan kompnen penting atau unsur utama dari kolaborasi yang efektif. Hal ini diperlukan untuk membangun leadership pada diri kita dan menjadi bagian dari suatu tim, dimanapun berada baik sebagai karyawan, maupun sebagai anggota sosial masyarakat baik skala mikro (kleuarga) sampai skala internasional.
2. Keterampilan Dialogis (Discursive Skills); keterampilan ini meliputi kemampuan mendiskusikan suatu isu secara kritis, berbagi ide dan argumentasi secara rasional dan logis, bernegosiasi dan menunjukkan keterbukaan (berpikiran positif) terhadap berbagai perspektif yang berbeda serta mampu menjadi pendengar efektif.
3. Keterampilan evaluasi diri dan kelompok (introspeksi); artinya kemampuan diri untuk akuntabel terhadap segala sesuatu yang dibebankan di pundaknya dan timnya, aktif dan komitmen terhadap aktifitas kelompoknya, bekerja dengan penuh tanggung jawab, saling membantu dan saling mengisi. Dalam hal ini, setiap individu harus memiliki kemampuan berpikir sistemik, sehingg setiap permasalahan dilihat dari berbagai perspektif dan tidak mengkambing hitamkan orang lain.
4. Keterampilan refleksi; ini adalah kemampuan untuk mengambil hikmah/pelajaran dari berbagai hal. Lebih jauh lagi adalah kemampuan untuk melakukan perubahan (membebaskan diri dari status quo), menerima input, masukan dan kritik dari pihak luar, serta memperbaiki diri maupun kelompok secara terus menerus.
Membangun siswa agar memiliki keterampilan abad 21 tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri bagi kita sebagai pendidik. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered dan constructive learning sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhan, mulai dari diri kita sendiri. Ini adalah ajakan untuk saya dan semua pendidik, khususnya sesama guru. Datang, duduk, mendengar dan mencatat serta diakhiri dengan ujian yang hanya mengukur kemampuan menghafal, adalah pembunuhan karakter generasi mendatan. So, please …. please … save our children for the shake of their future dan kekhalifahan di muka bumi ini .
Detailed article can be viewed and downloaded here: Karakteristik Online Learner dan Imlikasi Pedagogis Online Learning
SELAMAT BERDJOEANG!
Referensi:
Nada Dabbagh (2007): [PDF]
The Online Learner: Characteristics and Pedagogical Implications, viewed at http://www.citejournal.org/articles/v7i3general1.pdf, on Dec 09, 2008.
Link : http://fakultasluarkampus.net
Sabtu, 27 Juni 2009
KENDALA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Keadaan ini terjadi karena MBS manjadi kebijakan pemerintah dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan berlakunya MBS yang sudah diuji di berbagai Negara maju diharapkan terjadi kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaan pendidikan nasional sehingga menghasilkan kinerja yang membanggakan.
Tetapi pembicaraan tentang MBS sekarang sudah cenderung “over estimate”; seolah-olah MBS merupakan manajemen sekolah yang paling sempurna, tidak ada jenis manajemen yang lain yang lebih baik dari pada MBS; dan bila sekolah menjalankan MBS dijamin keberhasilannya, oleh karena itu manajemen jenis ini diwajibkan bagi sekolah-sekolah kita. Padahal sebagaimana dengan system manajemen sekolah lainnya. MBS memiliki karakteristik dan kelemahan. Di Indonesia bahkan ada kendala potensial untuk menjalankan MBS.
Secara teroretis, kewenangan kapala sekolah bersifat penuh. Namun di dalam prakteknya kewenangan tersebut sering terkurangi oleh kebijakan-kebijakan yang di tentukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebagai contoh konkrit, kepala sekolah sesungguhnya mempunyai kewenangan penuh untuk memilih kurikulum yang tepat bagi siswa akan tetapi pemerintah membuat kebijakan mengenai penyeragaman kurikulum (nasional) secara konkrit telah mengurangi kewenangan kepala sekolah.
Dalam konsep MBS, kepala sekolah berperan sebagai manajer. Dengan kewenangan yang dimilikinya seorang manajer bisa melakukan apa saja yang dianggap positif, konstruktif, relevan dan potensial untuk memajukan sekolah meskipun bersifat penuh bukan berarti terus terbatas.
Di dalam pengembangan konsep MBS di Indonesia maka oleh Tim Teknis MBS yang dibentuk secara bersama oleh Bappenas RI dan Bank Dunia (1998) telah diformulasi tawaran-tawaran lingkup strategi sesuai dengan kondisi sekolah di Indonesia. Dalam hal ini ada lima lingkup strategi yang di tawarkan. Adapun lingkup strategi yang ditawarkan oleh tim tersebut adalah sbb: (1) kurikulum yang bersifat inklusif dan berlaku bagi banyak sekolah, (2) proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, (3) menciptakan lingkungan sekolah yang medukung, (4) menyiapkan sumber daya yang berasas pemerataan, serta (5) mengembangkan system standarisasi dalam berbagai hal tertentu, misalnya saja dalam hal monitoring, evaluasi dan tes.
Meskipun sekolah memilki kewenangan mengembangkan kurikulum secara penuh tetapi dalam tawaran tersebut di batasi pada kurikulum yang bersifat inklusif yang selama ini lebih dikenal dengan muatan lokal. Tegasnya, kurikulum nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat sedangkan kurikulum lokal oleh sekolah.
Menyangkut proses belajar mengajar, kepala sekolah memiliki kewenangan yang luas. Sebagai manajer, kepala sekolah bisa mengatur guru, jam belajar, ruangan, komposisi siswa, dsb, sepanjang itu dilaksanakan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga bisa melakukan sesuatu untuk menciptakan lingkungan, Baik fisik maupun social,untuk memajukan sekolah. Sementara itu mengenai sumber daya, seperti guru, instructor, laboran, tenaga administrasi, dsb, kepala sekolah berhak menatanya untuk mencapai efektivitas yang memadai.
Mengenai standarisasi dalam hal tertentu, monitoring, evaluasi dan tes dapat dikerjakan oleh kepala sekolah setelah ada kesempatan terlebih dahulu dengan pemerintah pusat. Dengan perkataan lain kepala sekolah diberi kebebasan menjalankan menjalankan evaluasi misalnya, sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang sudah di tetapkan pemerintah pusat.
Bagi sekolah swasta, MBS bukan hal baru. Selama ini sekolah swasta sudah melaksanakan MBS. Mereka mencari dana operasional sendiri, menseleksikan kandidat guru, memilih siswa, mengatur jam belajar di sekolah, menata ruangan, serta memprioritaskan kegiatan akademik dan nonakademik yang harus dipilih. Kegiatan seperti ini merupakan indikasi dijalankannya MBS yang secara langsung mencerminkan kemandirian sekolah.
Sekarang ini konsep MBS terus disosialisasikan ke masyarakat, khususnya masyarakat sekolah. Meskipun demikian sesungguhnya sebagian sekolah di Negara kita, khususnya SD dan SMP, sudah agak lama menjalankan konsep menajemen persekolahan tersebut melalui manejemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).
Praktek MBS sekolah-sekolah ternyata menghadapi kendalan cultural yang signifikan; khusunya menyangkut kreatifitas dan kemandirian civitas sekolah.
Selama ini kepala sekolah (negeri) utamanya di SD dan di SMP, sudahterbiasa bekerja “nunggu dawuh” (instruktif). Umumnya meraka melaksanakan sesuatu apabila ada instruksi dari atasan, apabila menyangkut hal-hal fundamental. Kebiasaan seperti ini tidak menumbuhkan kreatifitas dan kemandirian.
Kebiasaan kerja yang demikian itu ternyata juga terjadi pada para staf.banyak staf administratif, staf laboratorium, staf perpustakaan, dsb, menjalankan pekerjaan semata-mata menunggu instruksi kepala sekolah.
Ironisnya itu juga terjadi pada guru yang secara langsung berhubungan dengan anak didik. Banyak guru dalam mengajar hanya berdasar petunjuk baik menyangkut kurikulum, silabi, buku pegangan, sampai dengan metode mengajar di kelas. Banyak guru yang sama sekali tidak pernah membaca buku-buku berkait dengan mata pelajaran yang di ampuh di karenakan hanya mau membaca buku sesuai petunjuk. Itulah sebabnya kurikulum sekolah di Negara kita tidak pernah berkembang di lapangan, silabi kita mati, metode mengajar pada guru stagnan, dan kreavitas guru tak pernah berkembang.
Dengan melihat keadaan seperti itu sebenarnya konsep MBS tidak bisa diterapkan secara serta merta pada seluruh sekolahdi Indonesia. Dalam hal ini ada sekolah-sekolah tertentu yang cocok melaksanakan MBS, yaitu sekolah-sekolah yang setidak tidaknya memiliki SDM memadai; pada sisi lainnya pada sekolah-sekolah yang tidak cocok melaksanakan MBS dikarenakan kondisi cultural SDMnya yang tidak mendukung.
Konsep MBS konstruktif untuk memajukan pendidikan di Indonesia, meskipun hal itu bukan barang baru. Peranan konsep MBS untuk mecapai hasil yang optimal menghadapi banyak kendala,utamanya menyangkut kedala cultural meskipun pada dasarnya konsep MBS konstruktif tetapi tidak selalu cocok untuk keseluruan sekolah di Indonesia; maksudnya ada sekolah yang cocok tetapi ada pula yang tidak cocok unyuk menerapkan konsep MBS.
Prof. Dr. Ki Sufriyoko, M. Pd. Adalah Ketua 3 Majelis Luruh Tamansiswa serta Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE) yang bermarkas do Tokyo, Jepang.
Rabu, 24 Juni 2009
8 Keterampilan Mengajar
Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut
Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.
Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan
Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.
Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.
Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.
Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.
Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.
sumber : Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.
Minggu, 21 Juni 2009
Hasil UAN SDN 1 Tilote Kabupaten Gorontalo
Hari ini Senin 22 Juni 2009 Kepala SDN 1 Tilote Nur Alfian Hs. Maku, S.Pd didampingi Staf Dewan Guru mengumumkan hasil UAN di SDN 1 Tilote yang lulus 100%. Sebelumnya Kepala Sekolah memberitahukan bahwa 2 orang siswa yang telah pindah ke SDN Molopatodu telah mengikuti Ujian Akhir Nasional di sekolah tersebut.
Berikut Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional untuk SDN 1 Tilote
Silabus Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sekolah Dasar
Berikut adalah silabus mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dari penerbit Erlangga. Silahkan download.
Silabus TIK SD Berdasarkan KBK
Silabus TIK kelas 1 SD
Silabus TIK kelas 2 SD
Silabus TIK kelas 3 SD
Silabus TIK kelas 4 SD
Silabus TIK kelas 5 SD
Silabus TIK kelas 6 SD
Silabus TIK SD dengan standar KTSP
Silabus TIK kelas 1 SD
Silabus TIK kelas 2 SD
Silabus TIK Kelas 3 SD
Silabus TIK Kelas 4 SD
Silabus TIK Kelas 5 SD
RPP Kelas 4 SD
Download Prediksi Soal Ujian Akhir Nasional (UAN) SD di Internet
- Prediksi UAN 2008 Tingkat SD (Matematika, Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam) - Download
- Soal TryOut UAN 2008 Tingkat SD - Download Try Out 1 - Download Try Out 2 (untuk mendownload caranya : klik kanan link download, lalu pilih Save Target As)
- Soal UAN Matematika dari Th. 1996 - 2000 dari blog SMP Negeri I Bilah Hulu - Download Soal Matematika Th. 1996 - Th. 1997 - Th. 1998 - Th. 1999 - Th. 2000 (untuk mendownload caranya : klik kanan link download, lalu pilih Save Target As)
Terima kasih kepada semua pihak yang telah bersusah payah meng-upload file tersebut ke Internet. Semoga bermanfaat!
Belajar Bahasa Inggris Online
With the advance of information and technology, especially internet, the access to study English is open online widely. This is very helpful to develop our English competency. There are many internet sites providing English learning pages, and many of them are free of charges. Some sites that I collected from various sources.
Dengan kemajuan IT sekarang ini, terbuka dengan sangat lebar bagi kita untuk belajar bahasa Inggris secara on-line. Ini sangat membantu kita meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Terdapat banyak sekali situs situs yang menyediakan halaman-halaman pembelajaran bahasa Inggris, dan tidak sedikit diantaranya gratis.
silahkan klik link berikut ini :
ESL go Bell English Online English @ home English for Free ENGLISHonline.net Self-Study Quizzes for ESL Students (English Tests) ESL PartyLand–quiz center English Language Quizzes - UsingEnglish.com ESL test: English Grammar Tenses / Esl quiz Super Quiz Machine for ESL Students (English Test) ESL Quizzes,grammar quiz, ESL grammar quiz,Upper Intermediate … Irregular Verbs - Spelling Quiz E. L. Easton - English - Exercises, Quizzes, Tests English Grammar for ESL Learners Grammar Activities (Ohio ESL) ESL - English Exercises and Quizzes English Grammar: Present Continuous Tense Quiz EnglishClub.com) English as a Second Language - Tenses Quiz English Language Quizzes - UsingEnglish.com ESL test: English Grammar Tenses / Esl quiz Learn English English Exercises Online! (by Lilliam Hurst) O N L I N E E X E R C I S E S - Grammar English Grammar Exercises Business English Lessons English Exercise - English Exercises E. L. Easton - English - Exercises, Quizzes, Tests
Tenses Quiz From English Page dot com
- Verb Tense Exercise 1 Simple Present and Present Continuous
- Verb Tense Exercise 2 Simple Present and Present Continuous
- Verb Tense Exercise 3 Simple Past and Past Continuous
- Verb Tense Exercise 4 Simple Past and Past Continuous
- Verb Tense Exercise 5 Simple Past and Present Perfect
- Verb Tense Exercise 6 Simple Past and Present Perfect
- Verb Tense Exercise 7 Present Perfect and Present Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 8 Present Perfect and Present Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 9 Present Continuous and Present Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 10 Present Continuous and Present Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 11 Simple Past and Past Perfect
- Verb Tense Exercise 12 Simple Past, Present Perfect, and Past Perfect
- Verb Tense Exercise 13 Past Perfect and Past Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 14 Present Perfect, Past Perfect, Present Perfect Continuous,
- Verb Tense Exercise 15 Tenses with durations
- Verb Tense Exercise 16 Present and Past Tenses with Non-Continuous Verbs
- Verb Tense Exercise 17 Present and Past Tense Review
- Verb Tense Exercise 18 Will and Be Going to
- Verb Tense Exercise 19 Will and Be Going to
- Verb Tense Exercise 20 Will and Be Going to
- Verb Tense Exercise 21 Simple Present and Simple Future
- Verb Tense Exercise 22 Simple Present and Simple Future
- Verb Tense Exercise 23 Simple Future and Future Continuous
- Verb Tense Exercise 24 Simple Present, Simple Future, Present Continuous, and Future Continuous
- Verb Tense Exercise 25 Future Perfect and Future Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 26 Future Perfect and Future Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 27 Future Perfect and Future Perfect Continuous
- Verb Tense Exercise 28 Future Perfect and Future Perfect Continuous
- Verb Tense Final Test Cumulative Verb Tense Review
- Verb Tense Practice Test Cumulative Verb Tense Review
- Verb Tense Exercise 1
- Verb Tense Exercise 2
- Verb Tense Exercise 3
- Verb Tense Exercise 4
- Verb Tense Exercise 5
- Verb Tense Exercise 6
- Verb Tense Exercise 7
- Verb Tense Exercise 8
- Verb Tense Exercise 9
- Verb Tense Exercise 10
- Verb Tense Exercise 11
- Verb Tense Exercise 12
- Verb Tense Exercise 13
- Verb Tense Exercise 14
- Verb Tense Exercise 15
- Verb Tense Exercise 16
- Verb Tense Exercise 17
- Verb Tense Exercise 18
- Verb Tense Exercise 19
- Verb Tense Exercise 20
- Verb Tense Exercise 21
- Verb Tense Exercise 22
- Verb Tense Exercise 23
- Verb Tense Exercise 24
- Verb Tense Exercise 25
- Verb Tense Exercise 26
- Verb Tense Exercise 27
- Verb Tense Exercise 28
- Verb Tense Final Test
- Verb Tense Practice Test
Posted in Belajar B Inggris | Tagged belajar bahasa inggris online |
Open Source Popular:
Most Read Article
Dell Give Away Program Hacking How to Install Linux How to Promote Linux IT Events Jual CD/DVD Linux Murah Jual Distro Linux Murah Komersial Komunitas Linux Laptop Linux Linux Books Linux Events Linux International Linux Magazine Linux News Linux Tips and Tricks New Project Notebook Open Source Application Review Pengumuman dari Toko Linux Promosi Linux Referensi Review Rilis Distro Sabayon Software Tips Tips Merawat Laptop/Notebook/Komputer Tutorial Linux Ubuntu Video Tutorial Wallpaper of the Day Wawancara