PUSKUD UNICEF ADMIN ANEKA ILMU E-DUKASI JARDIKNAS

Sekapur Sirih

Para pengunjung blog yang budiman, masa waktu dua belas bulan dalam tahun 2008 usai sudah telah kita lewati. Tak terasa, kini kita telah memasuki masa waktu yang baru di tahun 2009. Jika kita merenungi masa pada tahun 2008, maka nampak dalam benak kita suatu pertanyaan, prestasi apa yang telah kita capai pada saat itu? idealnya, tentu pertanyaan itu akan timbul kembali pada benak kita, apa pula prestasi yang akan kita raih pada tahun 2009 ini?

Sungguh pertanyaan-pertanyaan itu mengandung nilai-nilai motivasi. Adalah suatu nilai-nilai yang tersirat didalamnya menuju pada sebuah kata kunci “perubahan“. Perubahan ini kita konotasikan dengan kemajuan dalam alam lingkungan kehidupan. Dengan demikian, sasaran akhirnya adalah bagaimana mengisi trend kondisi dinamika yang lagi berkembang. Ini berarti merangsang kita untuk menciptakan suatu gebrakan “selangkah lebih maju“ dalam fenomena kehidupan ini.

Itulah yang mengilhami cara dan gaya berpikir PUSKAPLING dan SDN 1 Tilote yang ada di Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Pada tahun ini, tepatnya pada tanggan 12 bulan Januari 2009, PUSKAPLING bersama SDN 1 Tilote telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), tentang Kerja Sama Penerapan Dan Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

Semangat dan itikad kedua belah pihak ini, membuktikan, bahwa wujud keberadaan PUSKAPLING adalah sebuah cermin LSM yang tidak hanya mahir dalam memainkan kritik terhadap kebijakan yang ada. Namun dihadapan pemerintah, posisi PUSKAPLING disamping sebagai lembaga sosial kontrol kebijakan Pemerintah, sekaligus menjadi bentuk keterwakilan peran masyarakat.

Bentuk keterwakilan itu, adalah suatu keterwakilan yang memiliki kemampuan peran dalam memberikan sentuhan konsep berpikir untuk maju dan berkembang. Dengan demikian, eksistensi PUSKAPLING tidak hanya menjadi lembaga sosial kontrol semata, melainkan sebagai mitra Pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Oleh karena itu, konsep berpikir ini, jelas merupakan relevansi dari sikap menuju suatu perubahan selangkah lebih maju. Yaitu suatu sikap pembentuk prilaku yang respect terhadap trend kondisi dinamika teknologi, informasi, dan komunikasi yang lagi berkembang. Inilah yang mewarnai semangat cara dan gaya berpikir pihak manajemen SDN 1 Tilote.

Manajemen SDN 1 Tilote dalam menyikapi trend kondisi dinamika teknologi, informasi, dan komunikasi yang lagi berkembang itu, telah membuka diri terhadap kehadiran PUSKAPLING. Kehadiran PUSKAPLING bagi SDN 1 Tilote, dipercayakan dan diharapkan dapat menggenjot sumber daya manusia dari para anak didiknya, khususnya dibidang penguasaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

Memperhatikan konsep berpikir dari PUSKAPLING dan prilaku manajemen SDN 1 Tilote yag senantiasa membuka diri itu, dapat disimpulkan inilah model kemitraan yang diharapkan dalam pendidikan. Karena hal itu merupakan nafas dari implementasi Pasal 8, 9, dan 10 sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.


SADIK GANI, SE

Information and Communication Technologi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), begitulah terjemahan dari INFORMATION and COMMUNICATION TECHNOLOGI (ICT). Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah deretan tiga suku kata yang saat ini lagi akrab dibibir orang, khususnya di lingkungan pendidikan atau kelompok birokrasi, bahkan belakangan ini, juga termasuk golongan-golongan masyarakat tertentu.

Memahami Teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya menyandarkan pada pengertian tiga suku kata di atas. Tetapi lebih dari itu harus dipahami lebih dalam, mengapa tiga suku kata itu harus dipadu menyadi satu kalimat yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran TIK. Itu mengartikan, bahwa tiga kata dasar itu, masing-masing memiliki nilai kekuatan dan pengaruh tersendiri dalam peradaban kehidupan manusia.

Sebagai bukti yang logis dari kekuatan-kekuatan itu, yakni disadari atau tidak, bahwa aktivitas yang sedang berlangsung dilakukan manusia saat ini, pada hakikatnya adalah mengelola informasi yang diterima sebelumnya. Disadari atau tidak pula, bahwa keberadaan informasi itu sendiri lahir karena adanya komunikasi. Demikian pula terhadap komunikasi, itu dapat terjadi karena tidak lepas dari media (teknologi) sebagai alat pengantar maksud dan tujuan.

Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, maka ICT atau TIK yang menjadi medan garapan ilmu pengetahuan dari ICT CLINIC di SDN 1 Tilote adalah; Teknologi Informasi dan Komunikasi, BUKAN “Informasi Komunikasi dan Teknologi“. Hal ini cukup beralasan, karena informasi komunikasi dan teknologi, pengertiannya adalah informasi tentang komunikasi dan informasi tentang teknologi. Dengan demikian informasi komunikasi dan teknologi, hanyalah terbatas pada pengetahuan saja, dan bukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sifat dari informasi komunikasi dan teknologi, mudah ditemui atau diperoleh, hanya dengan cukup nonton televisi, dengar radio, maupun baca koran saja.

Sedangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah identik dengan ilmu pengetahuan. Yaitu teknologi tentang informasi dan teknologi tentang komunikasi. Karena itu pula, teknologi informasi dan komunikasi tidak terbatas pada pengetahuan saja, tetapi justru berada pada level garapan sebuah studi “ilmu pengetahuan”. Dengan sendirinya, untuk menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi, tidak semudah kita nonton televisi, dengar radio, ataupun baca koran. Melainkan diperoleh hanya melalui teori dan praktek pendidikan tertentu saja.

Pada unsur kata Teknologi, Informasi, Komunikasi inilah, mengapa ICT Clinic harus dihadirkan ditengah-tengah para anak didik sekolah yang ada di SDN 1 Tilote. Dengan TIK ini, para anak didik akan diarahkan pada pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi yang berbudaya.

Pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi pada tingkat anak didik ini, dimaksudkan karena alasan dinamika dunia pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menuju pada suatu jenjang peradaban dunia pendidikan dan kehidupan yang lebih baik, ICT SDN 1 Tilote telah memiliki TAKTIK. Artinya; Tidak Ada Kehidupan yang baik (peradaban), tanpa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Muhajirin AHM

Rabu, 21 Oktober 2009

Susunan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II

Berikut ini adalah susunan Kabinet Indonesia Bersatu II yang disampaikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

MENTERI KOORDINATOR

1. Menko Politik Hukum dan Keamanan : Marsekal (Purn) Djoko Suyanto
2. Menko Perekonomian : Hatta Rajasa
3. Menko Kesra : R Agung Laksono
4. Sekretaris Negara : Sudi Silalahi

MENTERI DEPARTEMEN

1. Menteri Dalam Negeri : Gamawan Fauzi
2. Menteri Luar Negeri : Marty Natalegawa
3. Menteri Pertahanan : Purnomo Yusgiantoro
4. Menteri Hukum dan HAM : Patrialis Akbar
5. Menteri Keuangan : Sri Mulyani
6. Menteri ESDM: Darwin Saleh
7. Menteri Perindustrian : MS Hidayat
8. Menteri Perdagangan : Mari E. Pangestu
9. Menteri Pertanian : Suswono
10. Menteri Kehutanan : Zulkifli Hasan
11. Menteri Perhubungan : Freddy Numberi
12. Menteri Kelautan dan Perikanan : Fadel Muhammad
13. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi : Muhaimin Iskandar
14. Menteri Pekerjaan Umum : Djoko Kirmanto
15. Menteri Kesehatan : Endang Rahayu Setianingsih
16. Menteri Pendidikan Nasional : Mohammad Nuh
17. Menteri Sosial : Salim Segaf Al Jufri
18. Menteri Agama : Suryadharma Ali
19. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata : Jero Wacik
20. Menteri Komunikasi dan Informasi : Tifatul Sembiring

MENTERI NEGARA

1. Menteri Riset dan Teknologi : Suharna Suryapranata
2. Menteri Koperasi dan UKM : Syarifudin Hasan
3. Menteri Lingkungan Hidup : Gusti Muhammad Hatta
4. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Amalia Sari
5. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara : E.E Mangindaan
6. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal : Ahmad Helmy Faishal Zaini
7. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional : Armida Alisjahbana
8. Menteri BUMN : Mustafa Abubakar
9. Menteri Pemuda dan Olahraga : Andi Alfian Mallarangeng
10. Menteri Perumahan Rakyat : Suharso Manoarfa

PEJABAT SETINGKAT MENTERI

1. Kepala BIN: Jenderal (Purn) Sutanto
2. Kepala BKPM: Gita Wirjawan
3. Ketua Unit Kerja Presiden Pengawasan Pengedalian Pembangunan: Kuntoro Mangkusubroto

Kamis, 24 September 2009

Sekolah negeri kalah bersaing

JARGON | Sekolah negeri kalah bersaing dengan sekolah-sekolah swasta khususnya sekolah international yang saat ini tumbuh pesat di negeri ini.

Sistem manajement yang sangat konvensional dan kuno adalah penyebab kalahnya persaingan ini. Sekolah negeri selama ini disibukkan dengan mencari perhatian pemerintah tetapi lupa untuk meningkatkan kualitas pengajar dan anak didiknya. saat ini ada sekitar 1.4 juta guru di seluruh Indonesia. pemerintah memang menjanjikan pendapatan yang lebih baik bagi mereka namun sayangnya janji ini belum dilaksakan. Guru sendiri nampaknya lebih focus menagih janji tersebut ketimbang memperbaiki kemampuan akademiknya.

Di sekolah international, seorang guru harus berstandar international yang dibuktikan dengan sertifikat mengajar berlevel international. di sekolah swasta, guru yang diangkat adalah orang-orang yang memiliki keilmuan lebih. di sekolah negeri pengangkatan guru masih menggunakan cara kuno lewat tes CPNS yang tidak specific untuk menseleksi seseorang layak menjadi guru atau tidak. Faktor guru adalah faktor vital untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas. Selengkapnya.....

Sabtu, 19 September 2009

1 Syawal 1430 H

Sebelum Fajar 1 Syawal bangkit dari ufuk timur
Andai tak bersua untuk berjabat erat jemari
Sudilah kiranya menerima ucapan ini
Sebagai ganti diri yang tak sempat hadir...

Rabu, 19 Agustus 2009

Peluang dan Tantangan SBI

Oleh : H.R. Iip Hidayat

Menghadapi tantangan global saat ini, khususnya tuntutan akan pendidikan bermutu menjadi mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar, maka pembaharuan pendidikan perlu dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Berkaitan dengan peningkatan mutu pendidikan ini, maka dapat kita kaji dan perhatikan beberapa landasan hukum yang dapat dijadikan sebagai acuan, di antaranya: Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

Pada Pasal 50 ayat 3 UU No. 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Selanjutnya pada ayat 7 disebutkan, ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan (sekolah bertaraf internasional/SBI) sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pada PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota disebutkan bahwa penyelenggaraan dan/atau pengelolaan satuan pendidikan dan/atau program studi bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan kewenangan pemerintah daerah provinsi.

Pemprov Jawa Barat melalui Perda Nomor 7 Tahun 2008 mengeluarkan peraturan tentang penyelenggaraan pendidikan di Jawa Barat yang di antaranya mengatur kewenangan tentang satuan pendidikan/program studi bertaraf internasional. Pemprov Jawa Barat juga telah melaksanakan PP 38 Tahun 2007 dan PP 41 Tahun 2007 untuk mengakomodasi kebijakan bidang pendidikan khususnya pengelolaan SBI. Maka di dalam struktur organisasi pemerintah daerah (SOPD) pada Disdik Jawa Barat dibentuk seksi baru yang menangani SBI dan SSN yaitu Seksi Pembinaan Sekolah Standar Nasional (SSN), Sekolah Bertaraf Internasional(SBI) dan Kerja Sama Pendidikan Tinggi di Bidang Dikmenti. Demikian pula di Bidang Pendidikan Dasar terbentuk seksi yang menangani SSN dan SBI. selengkapnya.....

Sabtu, 08 Agustus 2009

Guru sebagai Pelaku Transformasi Sosial

oleh: Doni Koesoema A*)

Membahas peranan dan kedudukan guru dalam politik pendidikan di Indonesia, secara spontan dua hal mesti menjadi perhatian kita. Pertama, telaah dari sudut pandang historis faktual, dan kedua, telaah dari sudut pandang normatif idealis. Telaah historis mendasarkan diri pada data-data sejarah, sedangkan telaah normatif idealis mendasarkan diri pada konsep, pemahaman dan nilai-nilai yang dipahami oleh guru sebagai pelaku perubahan dalam memandang dunia dan masyarakat di mana mereka hidup. Dua hal ini kiranya patut mendapatkan perhatian kita ketika ingin menelusuri kembali bagaimana peranan dan kedudukan guru dalam politik pendidikan di Indonesia. Agar dapat menemukan kembali peranan guru sebagai pelaku transformasi sosial dalam masyarakat perlulah kita memetakan beberapa persoalan yang muncul berkaitan dengan dua hal di atas agar kita dapat menemukan alternatif pengembangan bagi pembentukan diri guru sebagai pelaku perubahan.

Peran guru dalam politik pendidikan

Jika kita bertanya apakah peranan guru dalam politik pendidikan, kita mesti jelas dulu apa yang dimaksud dengan peranan guru dalam konteks konstelasi politik di Indonesia. Yang saya maksud dalam hal ini adalah peranan guru dalam proses pendidikan, atau dengan kata lain, bagaimana guru berperan serta dalam mendisain dan terlibat dalam politik pendidikan di Indonesia.

Jadi, peranan guru di sini sudah dibatasi bukan pada peranan politik dalam arti luas, seperti menjadi caleg, politisi, dll, melainkan menunjuk pada peranan yang khas guru dalam kerangka politik pendidikan. selengkapnya......

Minggu, 02 Agustus 2009

Indikator Mutu Proses Pendidikan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kajian Elaborasi Indikator Mutu Proses Pendidikan

Oleh : Prof. Dr. Yusufhadi Miarso, M.Sc

Peningkatan mutu pendidikan adalah salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan pendidikan. Selama ini pemerintah telah banyak melakukan berbagai usaha dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, antara lain menerbitkan peraturan perundangan, mengadakan penataran bagi para guru, menyediakan buku-buku pendidikan dan pengembangan kurikulum yang ada. Selain itu secara fisik, pemerintah telah menambah jumlah gedung-gedung sekolah di seluruh Indonesia, serta melengkapi sekolah dengan berbagai sumber belajar lain seperti media pembelajaran, kotak percobaan IPA, laboratorium bahasa, laboratorium komputer dan sebagainya.

Peningkatan mutu pendidikan dalam era pembangunan yang bersifat global, mau idak mau harus mendapat perhatian utama, sebab kalau tidak, maka masyarakat dan bangsa Indonesia akan terpuruk dalam pergaulan dunia. Keberhasilan pembangunan suatu masyarakat, dilihat dari indikator ekonomi, ditentukan oleh mutu sumber daya manusianya, bukan ditentukan oleh kekayaan sumber alam. Sumber daya manusia yang bermutu tidak ada begitu saja, tetapi harus melalui suatu proses pendidikan, yang juga harus bermutu tinggi.

Lundvall seperti dikutip oleh Mansell dalam laporan untuk UNSCTD (1998:11) menyatakan bahwa kunci pembangunan ekonomi terletak pada pengetahuan, dan karena itu proses yang terpenting dalam pembangunan ekonomi adalah belajar; belajar sifatnya interaktif dan terjalin dalam proses di masyarakat. Sedangkan belajar itu sendiri merupakan inti dari pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut : 1) melalui pendidikan setiap orang dapat belajar; 2) dengan belajar orang akan menguasai kompetensi tertentu; 3) dengan menguasai kompetensi orang dapat berkarya atau memberikan jasa; 4) dengan berkarya atau memberikan jasa mereka dapat memperoleh penghasilan; 5) dengan memperoleh penghasilan mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya yang senantiasa berkembang; 6) dengan adanya kebutuhan yang semakin berkembang maka akan berkembang pula produksi dan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan; 7) dan dengan perkembangan produksi dan perdagangan ini maka ekonomi dapat tumbuh dan maju.

Istilah mutu mengandung banyak pengertian dan rujukan; ada yang berpendapat bahwa mutu atau kualitas adalah sesuatu yang baik, dan ada yang berpendapat bahwa mutu adalah sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan standar. Sedangkan pengertian standar sendiri dapat dibedakan dalam satu rentangan dengan “ambang” (threshold) atau standar minimal pada ujung yang satu, dan baku-mutu (benchmarck) pada ujung rentangan yang lain.

Konsep tentang mutu pendidikan dengan demikian juga diartikan secara berbeda beda, tergantung pada situasi, kondisi dan sudut pandang. Ada yang berpendapat bahwa mutu pendidikan ditandai dengan kesesuaian dengan kondisi dan kebutuhan, daya tarik pendidikan yang besar, efektivitas program, serta efisiensi dan produktivitas kegiatan. Sementara itu masyarakat umum berpendapat bahwa ukuran mutu yang utama adalah besarrnya lulusan sekolah dengan nilai yang tinggi. Seringkali masyarakat juga berpendapat bahwa mutu selalu berkaitan dengan biaya, yaitu mutu yang tinggi selalu berarti dengan biaya yang tinggi. Padahal biaya yang tinggi tidak selalu menjamin mutu yang baik, apalagi karena sekarang ini sedang terjadi gejala komersialisasi pendidikan, yang berorientasi kepada seklah yang “menjual citra dan ijazah”.

Perbedaan sudut pandang didasarkan pada pendapat bahwa dalam proses pendidikan ada tiga unsur yang berkepentingan. Yang pertama adalah pemerintah dan/atau yayasan bagi pendidikan swasta yang menentukan aturan pengelolaan (termasuk anggaran dan tatalaksana); kedua adalah peserta didik beserta orangtuanya yang memperoleh manfaat dari hasil pendidikan; dan ketiga adalah masyarakat, yang memperoleh manfaat dari tersedianya tenaga terdidik. lKetiga sudut pandang ini ada kemungkinan berbeda dalam mengartikan mutu proses pendidikan.

Dalam dua kajian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai prakarsa sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan, diperoleh informasi bahwa sebagian besar pimpinan satuan pendidikan yang dikaji berpendapat sejalan dengan pendapat umum. Yaitu bahwa ujung proses pendidikan yang bermutu adalah jumlah dan nilai kelulusan di atas standar. Pengkajian tersebut dilakukan di 28 satuan pendidikan dasar dan 36 satuan pendidikan menengah. Tim pengkaji bahkan menemukan bahwa di suatu sekolah unggulan yang diusahakan berstandar nasional berdasarkan Keputusan Direktur Pembinaan SMA Ditjen MPDM No.802a/C4/Mn/2006 ttg. 25 April 2006, diuntut nilai minimal 7.5 bagi siswanya untuk semua matapelajaran. Bila kurang dari standar itu siswa dipindahkan ke sekolah lain. Padahal sekolah tersebut tidak memiliki laboratorium yang memadai. Paradigma pengajaran masih diterapkan dengan guru yang lebih aktif, dan belum melaksanakan pembelajaran yang berfokus pada siswa belajar aktif.

Pengkajian ini berusaha untuk mengidentifikasi apa saja indikator mutu proses pendidikan pada jalur pendidikan formal. Tiap indikator kemudian dielaborasikan sehingga jleas makna. Pengkaijan dilakukan mengunkana metode Delphi dalam tiga putaran. Putaran pertama melibatkan 121 orang yang meliputi para pakar pendidkan, tokoh masyarakat, pejabat dalam lingkungan pendidikan, dan praktisi (pengawas, kepala sekolah/ madrasah, dan guru).

Pada putaran pertama dijaring pendapat dengan pertanyaan terbuka. Pendapat dari para responden terkumpul sebanyak 824, yang dapat diringkas menjadi 384 pernyataan atas dasar kesamaan makna. Ke 384 indikator tersebut kemudian diolah lagi dengan penggabungan yang setara generalisasinya. Penggabungan tersebut menghasilkan 64 indkator, yang dapat dikelompokkan menjadi tujuh kategori, yaitu 1) profesionalisme guru, 2) kurikulum dan proses pembelajaran, 3) sarana, prasarana dan sumber belajar, 4) penilaian belajar dan pembelajaran, 5) daya tarik dan keberhasilan belajar, 6) pengembanagn budaya kelembagaan, dan 7) pendayagunaan lingkungan. selengkapnya........

Sabtu, 18 Juli 2009

Sertifikat Profesi Guru Akan Dicabut Jika Guru Tidak Profesional

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) mengancam akan mencabut sertifikat profesi guru,apabila tenaga pendidik tersebut tidak menjalani profesi dengan baik. Antara lain yang menjadi sorotan Depdiknas terkait jam mengajar.

“Guru yang tidak mengajar selama 24 jam,tidak menjalankan profesinya dengan benar. Maka sertifikat profesi guru akan dicabut,” kata Direktur Profesi Pendidik Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Achmad Dasuki di Jakarta kemarin.

Direktorat Jenderal PMPTK tengah menyusun evaluasi sertifikasi guru yang akan berjalan selama 2007 hingga 2012.“Jika guru besertifikat tidak memenuhi profesinya, maka sertifikat itu akan kami cabut. Dia tetap PNS, tapi tidak jadi guru lagi. Jadi tukang ketik saja di kantor pendidikan setempat,”ujarnya. Menurut dia, sanksi pencabutan sertifikat ini wajar dilakukan untuk memacu profesionalisme guru dalam mendidik. selengkapnya....

Minggu, 12 Juli 2009

9 Principles of Good Practice for Assessing Student Learning

  1. The assessment of student learning begins with educational values. Assessment is not an end in itself but a vehicle for educational improvement. Its effective practice, then, begins with and enacts a vision of the kinds of learning we most value for students and strive to help them achieve. Educational values should drive not only what we choose to assess but also how we do so. Where questions about educational mission and values are skipped over, assessment threatens to be an exercise in measuring what's easy, rather than a process of improving what we really care about.
  2. Assessment is most effective when it reflects an understanding of learning as multidimensional, integrated, and revealed in performance over time. Learning is a complex process. It entails not only what students know but what they can do with what they know; it involves not only knowledge and abilities but values, attitudes, and habits of mind that affect both academic success and performance beyond the classroom. Assessment should reflect these understandings by employing a diverse array of methods, including those that call for actual performance, using them over time so as to reveal change, growth, and increasing degrees of integration. Such an approach aims for a more complete and accurate picture of learning, and therefore firmer bases for improving our students' educational experience.
  3. Assessment works best when the programs it seeks to improve have clear, explicitly stated purposes. Assessment is a goal-oriented process. It entails comparing educational performance with educational purposes and expectations -- those derived from the institution's mission, from faculty intentions in program and course design, and from knowledge of students' own goals. Where program purposes lack specificity or agreement, assessment as a process pushes a campus toward clarity about where to aim and what standards to apply; assessment also prompts attention to where and how program goals will be taught and learned. Clear, shared, implementable goals are the cornerstone for assessment that is focused and useful.
  4. Assessment requires attention to outcomes but also and equally to the experiences that lead to those outcomes. Information about outcomes is of high importance; where students "end up" matters greatly. But to improve outcomes, we need to know about student experience along the way -- about the curricula, teaching, and kind of student effort that lead to particular outcomes. Assessment can help us understand which students learn best under what conditions; with such knowledge comes the capacity to improve the whole of their learning.
  5. Assessment works best when it is ongoing not episodic. Assessment is a process whose power is cumulative. Though isolated, "one-shot" assessment can be better than none, improvement is best fostered when assessment entails a linked series of activities undertaken over time. This may mean tracking the process of individual students, or of cohorts of students; it may mean collecting the same examples of student performance or using the same instrument semester after semester. The point is to monitor progress toward intended goals in a spirit of continous improvement. Along the way, the assessment process itself should be evaluated and refined in light of emerging insights.
  6. Assessment fosters wider improvement when representatives from across the educational community are involved. Student learning is a campus-wide responsibility, and assessment is a way of enacting that responsibility. Thus, while assessment efforts may start small, the aim over time is to involve people from across the educational community. Faculty play an especially important role, but assessment's questions can't be fully addressed without participation by student-affairs educators, librarians, administrators, and students. Assessment may also involve individuals from beyond the campus (alumni/ae, trustees, employers) whose experience can enrich the sense of appropriate aims and standards for learning. Thus understood, assessment is not a task for small groups of experts but a collaborative activity; its aim is wider, better-informed attention to student learning by all parties with a stake in its improvement.
  7. Assessment makes a difference when it begins with issues of use and illuminates questions that people really care about. Assessment recognizes the value of information in the process of improvement. But to be useful, information must be connected to issues or questions that people really care about. This implies assessment approaches that produce evidence that relevant parties will find credible, suggestive, and applicable to decisions that need to be made. It means thinking in advance about how the information will be used, and by whom. The point of assessment is not to gather data and return "results"; it is a process that starts with the questions of decision-makers, that involves them in the gathering and interpreting of data, and that informs and helps guide continous improvement.
  8. Assessment is most likely to lead to improvement when it is part of a larger set of conditions that promote change. Assessment alone changes little. Its greatest contribution comes on campuses where the quality of teaching and learning is visibly valued and worked at. On such campuses, the push to improve educational performance is a visible and primary goal of leadership; improving the quality of undergraduate education is central to the institution's planning, budgeting, and personnel decisions. On such campuses, information about learning outcomes is seen as an integral part of decision making, and avidly sought.
  9. Through assessment, educators meet responsibilities to students and to the public. There is a compelling public stake in education. As educators, we have a responsibility to the publics that support or depend on us to provide information about the ways in which our students meet goals and expectations. But that responsibility goes beyond the reporting of such information; our deeper obligation -- to ourselves, our students, and society -- is to improve. Those to whom educators are accountable have a corresponding obligation to support such attempts at improvement.

Authors

Alexander W. Astin; Trudy W. Banta; K. Patricia Cross; Elaine El-Khawas; Peter T. Ewell; Pat Hutchings; Theodore J. Marchese; Kay M. McClenney; Marcia Mentkowski; Margaret A. Miller; E. Thomas Moran; Barbara D. Wright This document was developed under the auspices of the AAHE Assessment Forum (Barbara Cambridge is Director) with support from the Fund for the Improvement of Post-Secondary Education with additional support for publication and dissemination from the Exxon Education Foundation. Copies may be made without restriction. AAHE site maintained by: Mary C. Schwarz mjoyce@aahe.org

Modification Date: Thursday, July 25, 1996.

Sources By; http://ultibase.rmit.edu.au/Articles/june97/ameri1.htm

Rabu, 08 Juli 2009

50 Blogging Tools Berguna untuk Guru

Blogging is becoming more and more popular in the classroom. Teachers can blog to stay in touch with parents and students or they can incorporate blogs from all of the students as a learning tool. Blogging menjadi semakin populer di dalam kelas. Guru dapat blog untuk tetap berkomunikasi dengan orang tua dan siswa atau mereka dapat menggabungkan blog dari seluruh siswa sebagai alat belajar. The beauty of the student blog is that children from Kindergarten to high school can blog. Keindahan pelajar blog adalah bahwa anak-anak dari TK ke sekolah tinggi dapat blog. No matter how you use blogs in your classroom, these tools will help you get started, enhance your experience, or bring the students into the fun. Tidak peduli bagaimana Anda menggunakan blog Anda di ruang kelas, alat ini akan membantu anda memulai, meningkatkan pengalaman Anda, atau membawa para siswa ke dalam kesenangan.

Where to Create Your Blog Tempat Buat Blog Anda

Creating a blog is the first step. Membuat blog adalah langkah pertama. The following resources all offer blog publishing. Sumber berikut semua blog menawarkan penerbitan. Some of these are aimed specifically at school blogs while others are available for anyone. Beberapa ditujukan khusus di sekolah sementara blog lain yang tersedia bagi siapapun.

  1. Class Blogmeister . Kelas Blogmeister. Created as a blogging platform specifically for educators, this free service will get you and your students blogging in no time. Dibuat sebagai blogging platform khusus untuk pendidik, hal ini akan mendapatkan layanan gratis Anda dan siswa blogging dalam waktu. An added bonus to this service is that it is rarely blocked by school filters due to it's specific safety features. An bonus untuk layanan ini adalah bahwa jarang diblokir oleh filter sekolah karena itu khusus fitur keselamatan.
  2. Edublogs . Edublogs. Another blogging platform made just for educators, this service is based on WordPress, so comes with all the features of WordPress. Blog platform lain yang dibuat hanya untuk pendidikan, layanan ini didasarkan pada Wordpress, jadi datang dengan semua fitur Wordpress. Another benefit of Edublogs is the short and simple URLs for the blogs that make it easy to share with parents. Manfaat lain dari Edublogs yang singkat dan sederhana untuk URL blog yang memudahkan untuk berbagi dengan orang tua.
  3. WordPress . Wordpress. Get a free blog with WordPress and you will also have access to plenty of tools such as spellcheck, integrated stats tracker, and spam protection. Dapatkan blog gratis dengan Wordpress dan Anda juga akan memiliki akses ke banyak tool seperti periksaejaan, pelacak statistik terpadu, dan perlindungan spam. This is one of the more popular blogging platforms. Ini adalah salah satu platform blog lebih populer.
  4. Blogger . Blogger. Another popular blogging publisher, Blogger is teamed up with Google and offers lots of tools to make your blogging experience easier. Penerbit lain yang populer blogging, Blogger teamed dengan Google dan menawarkan banyak tool untuk membuat Anda lebih mudah pengalaman blogging. You will need a Google account to create a blog with these folks. Anda perlu account Google untuk membuat blog ini dengan folks.
  5. TypePad . TypePad. TypePad lets you select from thousands of designs and has lots of widgets, custom banners, and more. TypePad memungkinkan Anda memilih dari ribuan desain dan memiliki banyak widget, kustom spanduk, dan banyak lagi. However, this service is not free. Namun, layanan ini tidak gratis. You can take advantage of a free trial before you decide to pay the low monthly fee or annual subscription, though. Anda dapat mengambil keuntungan dari percobaan gratis sebelum Anda memutuskan untuk membayar biaya bulanan yang rendah atau tahunan berlangganan, though.
  6. LiveJournal . LiveJournal. In addition to providing a blog, LiveJournal also makes it easy to create a social network through the blogs. Selain menyediakan sebuah blog, LiveJournal juga memudahkan untuk membuat jaringan sosial melalui blog. This might work great for your class if all the students will have their own blog as well. Hal ini dapat bekerja sangat baik untuk kelas jika semua siswa akan memiliki blog juga.
  7. Moveable Type . Jenis dpt bergerak. Another free blog publisher, Moveable Type offers many of the same features as the others with a spam blocker, templates, and more. Penerbit lain blog gratis, dpt dipindahkan Jenis menawarkan banyak fitur yang sama seperti yang lain dengan spam blocker, template, dan banyak lagi.
  8. Tumblr . Tumblr. Not really a full-fledged blogging platform, Tumblr is designed for smaller posts and a much more personalized experience. Yang tidak benar-benar penuh blogging platform, Tumblr dirancang untuk posting lebih kecil dan lebih banyak pengalaman pribadi. If you aren't ready to go the way of the blog, this might be a good way to get your feet wet. Jika Anda tidak siap untuk pergi jalan blog, mungkin ini cara yang baik untuk mendapatkan kaki basah.
  9. Windows Live Writer . Windows Live Writer. Get a Space in Windows Live and download Live Writer to start blogging with this publisher. Ruang Angkasa dalam mendapatkan dan men-download Windows Live Live Writer untuk memulai blog ini dengan penerbit. You can connect with others, post video, and more with Live Writer. Anda dapat terhubung dengan orang lain, pasang video, dan banyak lagi dengan Live Writer.
  10. Thingamablog . Thingamablog. All you need to get started with this blog platform is FTP, SFTP, or access to a server. Semua yang anda butuhkan untuk memulai dengan blog ini adalah platform FTP, SFTP, atau akses ke server. The setup wizard will guide you through the steps of getting your blog in place. Setup wizard akan memandu Anda melalui langkah-langkah yang mendapatkan tempat di blog Anda. selengkapnya.....

Selasa, 07 Juli 2009

Pendidikan Teknologi Informasi Peluang dan Tantangan

oleh; Dr. Suryadi Siregar DEA

Pendahuluan
Teknologi Informasi berbasis pada disiplin ilmu-ilmu Informatika, tenik komputer dan elektronika. Semuanya terikat dalam wahana yang disebut komputasi. Dalam konteks ini komputasi tidak selalu diartikan pada pekerjaan yang berkatian dengan hitung menghitung namun ia juga menjadi bagian dari proses pengolahan, penyimpanan dan penyampaian informasi, akibatnya tiap jaringan komunikasi beralih menjadi sentral informasi dan bukan komputernya lagi. Pemanfaatan yang dulunya sangat terbatas, kini telah memasuki kedalam katagori strategis, pengaruhnya pada kelangsungan usaha tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam bidang pendidikan Internet telah memainkan peranan penting dalam proses pembelajaran (Nolan et al, 1993; Rose et al, 1997).

Di dunia pendidikan pertama-tama kita perlu menyadari bahwa proses pendidikan itu memerlukan waktu tenggang (lead time) yang cukup lama. Setidak tidaknya seorang dituntut untuk mengikuti pendidikan sejak sekolah dasar sampai perguruan tinggi . Kedua, dalam pendidikan itu berlaku prinsip “irreversibilitas” dan Ketiga, tantangan yang kita hadapi di masa depan cendrung berkembang semakin kompleks, yang ditandai dengan semakin cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai akibat dari arus globalisasi yang semakin terbuka (Gibson,1997). Sedangkan khusus di tingkat pendidikan tinggi terlihat kecendrungan untuk mempersingkat waktu studi. Sampai tahun tujuh puluhan diperlukan waktu lima tahun untuk menyelesaikan pendidikan sarjana, tahun delapan puluhan menjadi empat setengah tahun dan kini menjadi empat tahun. Sedangkan di USA pada beberapa perguruan tinggi sedang dicoba untuk jangka waktu hanya tiga tahun.

Dunia, saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi dan peluang ekonomi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Perubahan perubahan besar terjadi dalam bidang teknologi, politik, sosial dan ekonomi. Segala perubahan ini telah menyebabkan terjadinya pergeseran dalam berbagai bidang yang antara lain adalah;
  1. Masyarakat industri ke masyarakat informasi(kita masih berkutat dari masyarakat agraris ke masyarakat industri).
  2. Teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi (hightech).
  3. Ekonomi nasional ke perekonomian dunia.
  4. Kebutuhan jangka pendek ke jangka panjang.
  5. Sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi.
  6. Bantuan ke lembagaan berpindah ke swakarsa.
  7. Dari pola hirarchi ke jaringan kerja (networking).
  8. Dari pilihan terbatas ke banyak pilihan.
Peluang dan tantangan
Kemajuan yang pesat dalam bidang elektronika dan optoelektronika menyebabkan kemampuan komputer maju pesat dan cepat usang mengikuti hukum Moore(Vide; Bill Gates, 1995) kemampuan chip komputer akan menjadi dua kali lipat setiap tahunnya, perangkat lunak semakin canggih, selain itu batas maya(virtual) tidak akan pernah tercapai. Belum pernah ada dalam sejarah peradaban manusia teknologi yang berkembang begitu pesat dan cepat pula menjadi usang. Salah satu karakteristik perkembangan komputer adalah device yang semakin kecil, disatu pihak perangkat yang semakin kecil mempunyai keunggulan tersendiri. Berkomunikasi secara alami menjadi idaman sejak komputer modern dipergunakan.

Teknologi pengenalan ucapan (speech recognition) dapat mengubah ucapan menjadi text, yang diikuti oleh sintesa ucapan(speech synthesizer), mengubah informasi text menjadi ucapan dan diikuti dengan pemrosesan bahasa alami(natural language processing) telah memungkinkan orang mewujudkan aplikasi interaktif antara manusia dan mesin. Informasi dapat diberikan kepada komputer dengan bahasa yang lebih alami, para tunanetra dapat membaca suatu dokumen tanpa harus dikonversikan ke huruf Braile, demikian pula program penterjemahan dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

Pada tahun 1996 dipasaran beredar Pentium seri PC 620 dengan DRAM(Dynamic Random Access Memory) 16 Megabits, kemampuan ini ditingkatkan lagi menjadi 64 Megabits pada tahun 1998 yang lalu, tahun 2000 yang lalu, Mikroprosesor Intel telah memperoduksi seri PC 60786 dengan kemampuan kapasistas DRAM 256 Megabits. Jika beberapa waktu yang lalu pembuatan chip meniru aliran panas hewan, kupu-kupu. Kini para ilmuwan sedang mengembangkan teknik pembuatan dengan meniru model penyusunan DNA. yang dalam biologi berfungsi untuk menyusun molekul-molekul yang lebih komplek.

Dengan teknologi X-Rays litographi dapat dibuat mikroprosesor yang lebih kecil 0,1 sampai 0,05 mikron, bekerja lebih cepat, tidak membutuhkan banyak daya serta sedikit menghasilkan panas dan yang lebih penting kemampuan komputer yang ada sekarang akan dapat ditingkatkan sampai satu juta kali. Selain itu kajian teoritis tentang semikonduktor berkecepatan tinggi terus dilakukan orang. Bellarusia dalam keadaan ekonomi yang sulit masih mampu meyumbangkan banyak penemuan dalam bidang fisika. Dua ilmuwan, Zhores dan Kroemer tahun 2000 yang lalu mendapat hadiah Nobel atas riset mereka tentang semiconductor heterostructure berkecepatan tinggi dan penerapannya dalam optoelektronika(Anonim,2000a). Hal ini akan memicu revolusi di bidang komputer personal, transmisi dan kompresi data, lebar pita(bandwidth), teknologi penyimpanan data (data storage), penyampaian data(data access), integrasi multimedia dan jaringan komputer. Disamping itu life cycle perangkat lunak semakin pendek, dulu ordenya tahunan kini sudah mencapai orde mingguan. Teknologi mikroprosesor mulai beralih ke nanoprosesor.

Memasuki abad ke 21, dimulai dengan timbulnya deregulasi di bidang ekonomi, sosial dan politik serta persekutuan ekonomi dibanyak kawasan dunia. Disamping itu arus globalisasi terus mendesak dan tidak akan dapat dibendung lagi. Untuk Indonesia dekade ini berarti;
  1. Seorang profesional dapat bekerja di kawasan Asean dengan tanpa banyak hambatan.
  2. Terciptanya lapangan kerja yang lebih luas bagi profesional, teknisi dan tenaga trampil dikawasan Asean.
  3. Terbukanya persaingan lintas batas dalam penawaran barang dan jasa.
  4. Barang dan manusia dapat bergerak mudah dari satu negara ke negara lain seperti dari satu provinsi ke provinsi yang lain.
  5. Perusahaan perusahaan akan bersaing bebas di seluruh kawasan.
  6. Kerusakan produk teknologi seperti jam, kulkas ataupun mobil akan diperbaiki berdasarkan sistem garansi yang umum.
  7. Persaingan bisnis akan lebih besar disemua sektor.
Selain itu dalam jangka panjang teknologi informasi semakin baur dengan bidang ilmu lainnya, sehingga menjadi ilmu terapan baru dan makin hilang makna pengkhususan di tingkat tersier. Fungsi kertas sebagai medium informasi akan semakin sirna dan antar muka biologis-langsung untuk berbagai indera manusia akan menjadi kenyataan dengan diterapkannya teknologi kecerdasan buatan dibanyak bidang.

Dalam jangka menengah; organisasi makin maya dan amorf karena dorongan pemberdayaan kemampuan manusia. Batas antara informasi alfanumerik, grafis, video dan suara makin pupus, konvergensi dari teknologi tersebut telah menyatukan berbagai media tersebut kearah multimedia yang makin terbeli. selengkapnya......

Kamis, 02 Juli 2009

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI DUKUNGAN ORANGTUA DAN KONSEP DIRI AKADEMIK SISWA

Pendahuluan

Pada tahun 1999 Institute for Management Development (IMD) menerbitkan hasil survei tentang sumber daya manusia (SDM), industri, dan iptek di 46 negara di dunia. Hasil survei tersebut menempatkan Indonesia pada posisi ke-44 dari 46 negara tersebut. Sedangkan survei tentang Indeks Pembangunan Manusia, Indonesia berada pada posisi ke-105 dari 108 negara. Pada tahun 2000 lalu, sebuah organisasi dunia, International Association of Educational Evaluation in Achievement (IEA) telah menerbitkan hasil survei prestasi belajar matematika dan IPA bagi siswa-siswa sekolah usia 13 tahun pada 42 negara. Hasil survei tersebut menempatkan Indonesia pada posisi ke-39 untuk kemampuan IPA, dan posisi ke-40 untuk prestasi belajar matematika (Suryadi, 2001).

Salah satu faktor yang sangat menentukan prestasi belajar siswa adalah motivasi siswa itu sendiri untuk berprestasi. Sering dijumpai siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi prestasi belajar yang dicapainya rendah, akibat kemampuan intelektual yang dimilikinya tidak atau kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual yang dimiliki siswa dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi untuk berprestasi yang tinggi dalam dirinya. Selengkapnya....

Rabu, 01 Juli 2009

Sikap dan Perilaku Guru yang Profesional

Pemerintah sering melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas guru, antara lain melalui seminar, pelatihan, dan loka karya, bahkam melalui pendidikan formal bahkan dengan menyekolahkan guru pada tingkat yang lebih tinggi. Kendatipun dalam pelakansaannya masih jauh dari harapan, dan banyak penyimpangan, namun paling tidak telah menghasilkan suatu kondisi yang yang menunjukkan bahwa sebagian guru memiliki ijazah perguruan tinggi.

Latar belakang pendidikan ini mestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan, bersamaan dengan faktor lain yang mempengaruhi. Walaupun dalam kenyataannya banyak guru yang melakukan kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang seringkali tidak disadari oleh guru dalam pembelajaran ada tujuh kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu antara lain:

1. mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,
2. menunggu peserta didik berperilaku negatif,
3. menggunakan destruktif discipline,
4. mengabaikan kebutuhan-kebutuhan khusus (perbedaan individu) peserta didik,
5. merasa diri paling pandai di kelasnya,
6. tidak adil (diskriminatif), serta
7. memaksakan hak peserta didik (Mulyasa, 2005:20).

Untuk mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut maka seorang guru yang profesional harus memiliki empat kompetensi. Kompetensi tersebut tertuang dalam Undang-Undang Dosen dan Guru, yakni: Selengkapnya.......................

Selasa, 30 Juni 2009

Karakteristik Siswa Abad 21

Abad 21, dewasa ini ditandai dengan peran besar pengaruh teknologi informasi dan komunikasi dalam berbagai aspek hidup manusia. Itulah sebabnya, abad 21 ini dikenal pula sebagai era informasi dan atau era global. Keberadaan teknologi tersebut telah mengubah cara kita bertransaksi, membaca, bersenang-senang, berkomunikasi/berbicara, dan termasuk cara kita belajar.

Keberadaan teknologi tersebut juga memungkinkan semua orang, yang memiliki akses terhadap teknologi ini tentunya, dapat memperoleh informasi apa saja, dari mana saja, dimana saja, kapan saja. Ini artinya, semua orang dapat belajar apa saja, kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja, dengan cara apa saja. Sehingga, kalo menurut mbah Badrul Khan, pembelajaran akan lebih bersifat terbuka, fleksibel dan terdistribusi (distributed). Inilah yang menjadi karakteristik e-learning sesungguhnya.

Oleh karena itu, manusia-manusia abad 21 akan dan atau harus memiliki keterampilan-keterampilan khusus tertentu. Dabbagh (2007) memberikan karakteristik sebagai berikut:

1. Keterampilan Belajar Sosial; keterampilan ini meliputi kemampuan mengambil keputusan, berkomunikasi, membangun kepercayaan, dan manajemen konflik yang kesemuanya itu merupakan kompnen penting atau unsur utama dari kolaborasi yang efektif. Hal ini diperlukan untuk membangun leadership pada diri kita dan menjadi bagian dari suatu tim, dimanapun berada baik sebagai karyawan, maupun sebagai anggota sosial masyarakat baik skala mikro (kleuarga) sampai skala internasional.

2. Keterampilan Dialogis (Discursive Skills); keterampilan ini meliputi kemampuan mendiskusikan suatu isu secara kritis, berbagi ide dan argumentasi secara rasional dan logis, bernegosiasi dan menunjukkan keterbukaan (berpikiran positif) terhadap berbagai perspektif yang berbeda serta mampu menjadi pendengar efektif.

3. Keterampilan evaluasi diri dan kelompok (introspeksi); artinya kemampuan diri untuk akuntabel terhadap segala sesuatu yang dibebankan di pundaknya dan timnya, aktif dan komitmen terhadap aktifitas kelompoknya, bekerja dengan penuh tanggung jawab, saling membantu dan saling mengisi. Dalam hal ini, setiap individu harus memiliki kemampuan berpikir sistemik, sehingg setiap permasalahan dilihat dari berbagai perspektif dan tidak mengkambing hitamkan orang lain.

4. Keterampilan refleksi; ini adalah kemampuan untuk mengambil hikmah/pelajaran dari berbagai hal. Lebih jauh lagi adalah kemampuan untuk melakukan perubahan (membebaskan diri dari status quo), menerima input, masukan dan kritik dari pihak luar, serta memperbaiki diri maupun kelompok secara terus menerus.

Membangun siswa agar memiliki keterampilan abad 21 tersebut merupakan suatu tantangan tersendiri bagi kita sebagai pendidik. Paradigma pembelajaran lama sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Paradigma pendidikan modern yang lebih bersifat student-centered dan constructive learning sebaiknya segera dilakukan mulai saat ini, mulai dari hal yang kecil/sederhan, mulai dari diri kita sendiri. Ini adalah ajakan untuk saya dan semua pendidik, khususnya sesama guru. Datang, duduk, mendengar dan mencatat serta diakhiri dengan ujian yang hanya mengukur kemampuan menghafal, adalah pembunuhan karakter generasi mendatan. So, please …. please … save our children for the shake of their future dan kekhalifahan di muka bumi ini .

Detailed article can be viewed and downloaded here: Karakteristik Online Learner dan Imlikasi Pedagogis Online Learning

SELAMAT BERDJOEANG!

Referensi:

Nada Dabbagh (2007): [PDF]
The Online Learner: Characteristics and Pedagogical Implications, viewed at http://www.citejournal.org/articles/v7i3general1.pdf, on Dec 09, 2008.

Link : http://fakultasluarkampus.net

Sabtu, 27 Juni 2009

KENDALA MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diterjemahkan dari konsep aslinya, school-based management, merupakan termologi yang populer di masyarakat khususnya masyakat pendidikan. Istilah ini sering diperbincangkan para guru, kepala sekolah, pengawas, eksponen pendidikan, dan tokoh masyarakat. MBS menjadi pembicaraan dalam berbagai pertemuan insan pendidikan yang bergerak dalam dunia pendidikan formal.

Keadaan ini terjadi karena MBS manjadi kebijakan pemerintah dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan berlakunya MBS yang sudah diuji di berbagai Negara maju diharapkan terjadi kemajuan yang signifikan dalam pelaksanaan pendidikan nasional sehingga menghasilkan kinerja yang membanggakan.

Tetapi pembicaraan tentang MBS sekarang sudah cenderung “over estimate”; seolah-olah MBS merupakan manajemen sekolah yang paling sempurna, tidak ada jenis manajemen yang lain yang lebih baik dari pada MBS; dan bila sekolah menjalankan MBS dijamin keberhasilannya, oleh karena itu manajemen jenis ini diwajibkan bagi sekolah-sekolah kita. Padahal sebagaimana dengan system manajemen sekolah lainnya. MBS memiliki karakteristik dan kelemahan. Di Indonesia bahkan ada kendala potensial untuk menjalankan MBS.

Kemandirian Sekolah

Di Indonesia MBS bukanlah sesuatu yang baru; meskipun kebanyakan sekolah belum menjalankannya secara efektif. Pada dasarnya MBS merupakan sistem manajemen yang memandirikan sekolah, yaitu kepala sekolah serta guru dan instansi sekolah lainnya, berkewenangan penuh mengambil keputusan akademis maupun nonakademis.dalam konsep MBS, kepala sekolah berwewenang menjalankan manajemen sekolahnya. Seorang kepala sekolah berwenang menjalankan kebijakan apa saja yang dianggap positif untuk memajukan sekolah, termasuk mancari dana dan memilih guru yang tepat bagi anak didiknya.

Secara teroretis, kewenangan kapala sekolah bersifat penuh. Namun di dalam prakteknya kewenangan tersebut sering terkurangi oleh kebijakan-kebijakan yang di tentukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sebagai contoh konkrit, kepala sekolah sesungguhnya mempunyai kewenangan penuh untuk memilih kurikulum yang tepat bagi siswa akan tetapi pemerintah membuat kebijakan mengenai penyeragaman kurikulum (nasional) secara konkrit telah mengurangi kewenangan kepala sekolah.

Dalam konsep MBS, kepala sekolah berperan sebagai manajer. Dengan kewenangan yang dimilikinya seorang manajer bisa melakukan apa saja yang dianggap positif, konstruktif, relevan dan potensial untuk memajukan sekolah meskipun bersifat penuh bukan berarti terus terbatas.

Di dalam pengembangan konsep MBS di Indonesia maka oleh Tim Teknis MBS yang dibentuk secara bersama oleh Bappenas RI dan Bank Dunia (1998) telah diformulasi tawaran-tawaran lingkup strategi sesuai dengan kondisi sekolah di Indonesia. Dalam hal ini ada lima lingkup strategi yang di tawarkan. Adapun lingkup strategi yang ditawarkan oleh tim tersebut adalah sbb: (1) kurikulum yang bersifat inklusif dan berlaku bagi banyak sekolah, (2) proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, (3) menciptakan lingkungan sekolah yang medukung, (4) menyiapkan sumber daya yang berasas pemerataan, serta (5) mengembangkan system standarisasi dalam berbagai hal tertentu, misalnya saja dalam hal monitoring, evaluasi dan tes.

Meskipun sekolah memilki kewenangan mengembangkan kurikulum secara penuh tetapi dalam tawaran tersebut di batasi pada kurikulum yang bersifat inklusif yang selama ini lebih dikenal dengan muatan lokal. Tegasnya, kurikulum nasional dikembangkan oleh pemerintah pusat sedangkan kurikulum lokal oleh sekolah.

Menyangkut proses belajar mengajar, kepala sekolah memiliki kewenangan yang luas. Sebagai manajer, kepala sekolah bisa mengatur guru, jam belajar, ruangan, komposisi siswa, dsb, sepanjang itu dilaksanakan untuk mengefektifkan proses belajar mengajar. Kepala sekolah juga bisa melakukan sesuatu untuk menciptakan lingkungan, Baik fisik maupun social,untuk memajukan sekolah. Sementara itu mengenai sumber daya, seperti guru, instructor, laboran, tenaga administrasi, dsb, kepala sekolah berhak menatanya untuk mencapai efektivitas yang memadai.

Mengenai standarisasi dalam hal tertentu, monitoring, evaluasi dan tes dapat dikerjakan oleh kepala sekolah setelah ada kesempatan terlebih dahulu dengan pemerintah pusat. Dengan perkataan lain kepala sekolah diberi kebebasan menjalankan menjalankan evaluasi misalnya, sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang sudah di tetapkan pemerintah pusat.

Bagi sekolah swasta, MBS bukan hal baru. Selama ini sekolah swasta sudah melaksanakan MBS. Mereka mencari dana operasional sendiri, menseleksikan kandidat guru, memilih siswa, mengatur jam belajar di sekolah, menata ruangan, serta memprioritaskan kegiatan akademik dan nonakademik yang harus dipilih. Kegiatan seperti ini merupakan indikasi dijalankannya MBS yang secara langsung mencerminkan kemandirian sekolah.

Kendala di Lapangan

Sekarang ini konsep MBS terus disosialisasikan ke masyarakat, khususnya masyarakat sekolah. Meskipun demikian sesungguhnya sebagian sekolah di Negara kita, khususnya SD dan SMP, sudah agak lama menjalankan konsep menajemen persekolahan tersebut melalui manejemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).

Praktek MBS sekolah-sekolah ternyata menghadapi kendalan cultural yang signifikan; khusunya menyangkut kreatifitas dan kemandirian civitas sekolah.
Selama ini kepala sekolah (negeri) utamanya di SD dan di SMP, sudahterbiasa bekerja “nunggu dawuh” (instruktif). Umumnya meraka melaksanakan sesuatu apabila ada instruksi dari atasan, apabila menyangkut hal-hal fundamental. Kebiasaan seperti ini tidak menumbuhkan kreatifitas dan kemandirian.

Kebiasaan kerja yang demikian itu ternyata juga terjadi pada para staf.banyak staf administratif, staf laboratorium, staf perpustakaan, dsb, menjalankan pekerjaan semata-mata menunggu instruksi kepala sekolah.
Ironisnya itu juga terjadi pada guru yang secara langsung berhubungan dengan anak didik. Banyak guru dalam mengajar hanya berdasar petunjuk baik menyangkut kurikulum, silabi, buku pegangan, sampai dengan metode mengajar di kelas. Banyak guru yang sama sekali tidak pernah membaca buku-buku berkait dengan mata pelajaran yang di ampuh di karenakan hanya mau membaca buku sesuai petunjuk. Itulah sebabnya kurikulum sekolah di Negara kita tidak pernah berkembang di lapangan, silabi kita mati, metode mengajar pada guru stagnan, dan kreavitas guru tak pernah berkembang.

Dengan melihat keadaan seperti itu sebenarnya konsep MBS tidak bisa diterapkan secara serta merta pada seluruh sekolahdi Indonesia. Dalam hal ini ada sekolah-sekolah tertentu yang cocok melaksanakan MBS, yaitu sekolah-sekolah yang setidak tidaknya memiliki SDM memadai; pada sisi lainnya pada sekolah-sekolah yang tidak cocok melaksanakan MBS dikarenakan kondisi cultural SDMnya yang tidak mendukung.

Konsep MBS konstruktif untuk memajukan pendidikan di Indonesia, meskipun hal itu bukan barang baru. Peranan konsep MBS untuk mecapai hasil yang optimal menghadapi banyak kendala,utamanya menyangkut kedala cultural meskipun pada dasarnya konsep MBS konstruktif tetapi tidak selalu cocok untuk keseluruan sekolah di Indonesia; maksudnya ada sekolah yang cocok tetapi ada pula yang tidak cocok unyuk menerapkan konsep MBS.

Prof. Dr. Ki Sufriyoko, M. Pd. Adalah Ketua 3 Majelis Luruh Tamansiswa serta Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE) yang bermarkas do Tokyo, Jepang.

Rabu, 24 Juni 2009

8 Keterampilan Mengajar

Turney (1973) mengemukakan 8 (delapan) keterampilan dasar mengajar, yakni:

Pertama, keterampilan bertanya yang mensyaratkan guru harus menguasai teknik mengajukan pertanyaan yang cerdas, baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut

Kedua, keterampilan memberi penguatan. Seorang guru perlu menguasai keterampilan memberikan penguatan karena penguatan merupakan dorongan bagi siswa untuk meningkatkan perhatian.

Ketiga, keterampilan mengadakan variasi, baik variasi dalam gaya mengajar, penggunaan media dan bahan pelajaran, dan pola interaksi dan kegiatan

Keempat, keterampilan menjelaskan yang mensyaratkan guru untuk merefleksi segala informasi sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Setidaknya, penjelasan harus relevan dengan tujuan, materi, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang siswa, serta diberikan pada awal, tengah, ataupun akhir pelajaran sesuai dengan keperluan.

Kelima, keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Dalam konteks ini, guru perlu mendesain situasi yang beragam sehingga kondisi kelas menjadi dinamis.

Keenam, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Hal terpenting dalam proses ini adalah mencermati.aktivitas siswa dalam diskusi.

Ketujuh, keterampilan mengelola kelas, mencakupi keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal, serta pengendalian kondisi belajar yang optimal.

Kedelapan, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksana-kan kegiatan belajar-mengajar.

sumber : Buku Pengelolaan Kelas/Drs. ade rukmana, Asep sunary S.Pd, Mpd.

By. Wahidin | http://makalahkumakalahmu.wordpress.com

Minggu, 21 Juni 2009

Hasil UAN SDN 1 Tilote Kabupaten Gorontalo

Dengan penuh rasa suka bercampur haru, akhirnya siswa SDN 1 Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo mengetahui hasil UAN TP 2008-2009 yang selama ini dinanti-nantikan. Pengumuman Hasil UAN dihadiri oleh orang tua atau wali murid dan Ketua Komite Kasim Mohune, BA serta beberapa Tokoh Masyarakat bersama Pemerintah setempat.

Hari ini Senin 22 Juni 2009 Kepala SDN 1 Tilote Nur Alfian Hs. Maku, S.Pd didampingi Staf Dewan Guru mengumumkan hasil UAN di SDN 1 Tilote yang lulus 100%. Sebelumnya Kepala Sekolah memberitahukan bahwa 2 orang siswa yang telah pindah ke SDN Molopatodu telah mengikuti Ujian Akhir Nasional di sekolah tersebut.

Berikut Daftar Kolektif Hasil Ujian Nasional untuk SDN 1 Tilote

Silabus Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sekolah Dasar

Download Prediksi Soal Ujian Akhir Nasional (UAN) SD di Internet

Artikel singkat ini tentu saja akan berguna bagi para guru Sekolah Dasar (SD) yang sibuk mempersiapkan para siswanya menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Redaksi berkesempatan mengumpulkan link download soal-soal Ujian Akhir Nasional SD dari beberapa sumber, diantaranya dari Lembaga Bimbingan Belajar SSC (Sony Sugema College) dan beberapa sumber yang lain. Berikut ini daftar link download tersebut :

Terima kasih kepada semua pihak yang telah bersusah payah meng-upload file tersebut ke Internet. Semoga bermanfaat!

Belajar Bahasa Inggris Online

With the advance of information and technology, especially internet, the access to study English is open online widely. This is very helpful to develop our English competency. There are many internet sites providing English learning pages, and many of them are free of charges. Some sites that I collected from various sources.

Dengan kemajuan IT sekarang ini, terbuka dengan sangat lebar bagi kita untuk belajar bahasa Inggris secara on-line. Ini sangat membantu kita meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Terdapat banyak sekali situs situs yang menyediakan halaman-halaman pembelajaran bahasa Inggris, dan tidak sedikit diantaranya gratis.

silahkan klik link berikut ini :

ESL go Bell English Online English @ home English for Free ENGLISHonline.net Self-Study Quizzes for ESL Students (English Tests) ESL PartyLand–quiz center English Language Quizzes - UsingEnglish.com ESL test: English Grammar Tenses / Esl quiz Super Quiz Machine for ESL Students (English Test) ESL Quizzes,grammar quiz, ESL grammar quiz,Upper Intermediate Irregular Verbs - Spelling Quiz E. L. Easton - English - Exercises, Quizzes, Tests English Grammar for ESL Learners Grammar Activities (Ohio ESL) ESL - English Exercises and Quizzes English Grammar: Present Continuous Tense Quiz EnglishClub.com) English as a Second Language - Tenses Quiz English Language Quizzes - UsingEnglish.com ESL test: English Grammar Tenses / Esl quiz Learn English English Exercises Online! (by Lilliam Hurst) O N L I N E E X E R C I S E S - Grammar English Grammar Exercises Business English Lessons English Exercise - English Exercises E. L. Easton - English - Exercises, Quizzes, Tests

Tenses Quiz From English Page dot com

  1. Verb Tense Exercise 1 Simple Present and Present Continuous
  2. Verb Tense Exercise 2 Simple Present and Present Continuous
  3. Verb Tense Exercise 3 Simple Past and Past Continuous
  4. Verb Tense Exercise 4 Simple Past and Past Continuous
  5. Verb Tense Exercise 5 Simple Past and Present Perfect
  6. Verb Tense Exercise 6 Simple Past and Present Perfect
  7. Verb Tense Exercise 7 Present Perfect and Present Perfect Continuous
  8. Verb Tense Exercise 8 Present Perfect and Present Perfect Continuous
  9. Verb Tense Exercise 9 Present Continuous and Present Perfect Continuous
  10. Verb Tense Exercise 10 Present Continuous and Present Perfect Continuous
  11. Verb Tense Exercise 11 Simple Past and Past Perfect
  12. Verb Tense Exercise 12 Simple Past, Present Perfect, and Past Perfect
  13. Verb Tense Exercise 13 Past Perfect and Past Perfect Continuous
  14. Verb Tense Exercise 14 Present Perfect, Past Perfect, Present Perfect Continuous,
  15. Verb Tense Exercise 15 Tenses with durations
  16. Verb Tense Exercise 16 Present and Past Tenses with Non-Continuous Verbs
  17. Verb Tense Exercise 17 Present and Past Tense Review
  18. Verb Tense Exercise 18 Will and Be Going to
  19. Verb Tense Exercise 19 Will and Be Going to
  20. Verb Tense Exercise 20 Will and Be Going to
  21. Verb Tense Exercise 21 Simple Present and Simple Future
  22. Verb Tense Exercise 22 Simple Present and Simple Future
  23. Verb Tense Exercise 23 Simple Future and Future Continuous
  24. Verb Tense Exercise 24 Simple Present, Simple Future, Present Continuous, and Future Continuous
  25. Verb Tense Exercise 25 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  26. Verb Tense Exercise 26 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  27. Verb Tense Exercise 27 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  28. Verb Tense Exercise 28 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  29. Verb Tense Final Test Cumulative Verb Tense Review
  30. Verb Tense Practice Test Cumulative Verb Tense Review
  31. Verb Tense Exercise 1
  32. Verb Tense Exercise 2
  33. Verb Tense Exercise 3
  34. Verb Tense Exercise 4
  35. Verb Tense Exercise 5
  36. Verb Tense Exercise 6
  37. Verb Tense Exercise 7
  38. Verb Tense Exercise 8
  39. Verb Tense Exercise 9
  40. Verb Tense Exercise 10
  41. Verb Tense Exercise 11
  42. Verb Tense Exercise 12
  43. Verb Tense Exercise 13
  44. Verb Tense Exercise 14
  45. Verb Tense Exercise 15
  46. Verb Tense Exercise 16
  47. Verb Tense Exercise 17
  48. Verb Tense Exercise 18
  49. Verb Tense Exercise 19
  50. Verb Tense Exercise 20
  51. Verb Tense Exercise 21
  52. Verb Tense Exercise 22
  53. Verb Tense Exercise 23
  54. Verb Tense Exercise 24
  55. Verb Tense Exercise 25
  56. Verb Tense Exercise 26
  57. Verb Tense Exercise 27
  58. Verb Tense Exercise 28
  59. Verb Tense Final Test
  60. Verb Tense Practice Test

Open Source Popular:

Slackware Linux 12.2
Slackware Linux 12.2
Ubuntu 8.10 Intrepid Ibex
Ubuntu 8.10 Intrepid Ibex
Mandiva Linux 2009.0
Mandiva Linux 2009.0
CentOS 5.2
CentOS 5.2
Gentoo 2008.0R1 'It's got what plants crave'
Gentoo 2008.0R1 'It's got what plants crave'
openSUSE 11.1
openSUSE 11.1
Fedora 10 'Cambridge'
Fedora 10 'Cambridge'
Debian GNU/Linux 4.0 'Etch'
Debian GNU/Linux  4.0 'Etch'
FreeBSD 7.1 Release
FreeBSD 7.1 Release
Sabayon Linux 4r1
Sabayon Linux 4r1
PCLinuxOS 2007 Live/Install-CD
PCLinuxOS 2007 Live/Install-CD
Kubuntu 8.10 Intrepid IBex
Kubuntu 8.10 Intrepid IBex

Most Read Article