Abdul Karim Ahmad, Farida Mulud, Sinar Alam, Mustafa
Abstract: This is a descriptive research. The article was aimed at knowing (1) the strategic relations of teachers’ communication and the learning effectivity in elementary schools in Gowa regency, (2) the factors that influenced the learning effectivity. Based on the descriptive analysis and inferensial analysis by using correlation, it was found that there are some problems faced by teachers in the learning process are the lackness of media in school, books and disciplinary of students. Based on the correlation analysis, there is a relationship between the teachers’ communication and the learning effectivity in the elementary school. It means that the better the teachers’ communication strategics, the most effective the learning process in elementary school.
Komunikasi guru dalam penyajian materi pembelajaran dan efektifitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh para guru sudah baik atau sedang di SD Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. Penelitian ini direkomendasikan kepada guru diharapkan agar senantiasa memelihara strategi komunikasi yang baik demi terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif dan efisien, dan ini dapat terwujud dengan bimbingan dari kepala sekolah dan kepada pihak pemerintah. Dalam hal ini Depdiknas agar menghimbau para kepala sekolah dan guru-guru untuk berkomunikasi yang edukatif dengan siswa-siswanya.
Umumnya guru-guru dalam proses pembelajaran hanya bergantung pada buku-buku paket yang sesuai dengan kurikulum tanpa menambah materi pembelajaran dari sumber-sumber lain, bahkan aspek pemanfaatan media yang monoton tanpa variasi pada umumnya mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang maksimal. Hal ini, karena prinsip-prinsip komunikasi belum diperhatikan oleh para guru akhirnya pesan yang ingin disampaikan seorang guru (komunikator) tidak dapat ditangkap dengan baik oleh pihak siswa (komunikan).
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain yang berupa gagasan, opini,
informasi, dan lain-lain yang muncul sehingga dalam proses pembelajaran, salah satu bentuk komunikasinya adalah guru sebagai komunikator kepada siswanya.
Dari dasar pemikiran inilah peneliti melihat kurangya komunikasi sehingga proses pembelajarannya menjadi tidak efektif. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran di SD kecamatan Somba Opu kabupaten Gowa dan sejauh mana hubungan strategi komunikasi guru dengan efektifitas pembelajaran di SD kecamatan Somba Opu kabupaten Gowa.
Dalam kamus bahasa Indonesia strategi adalah ilmu siasat perang, akal/tipu muslihat untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta W.J.S 1982) dan menurut Yusuf P.M (1990:74) Strategi komunikasi guru berarti rencana menyeluruh dalam mencapai tujuan-tujuan komunikasi. Maka dalam penelitian ini dihubungkan strategi kemunikasi guru dengan efektivitas pembelajaran dengan maksud materi yang akan di ajarkan dapat dengan mudah dipahami dan manusiawi.
Menurut A.S Achmad (1992:2) bahwa kegiatan pembelajaran adalah salah satu bentuk proses komunikasi sebagai mata rantai hubungan antara sesama manusia, ia meliputi segala apa yang dilakukan misalnya pendidikan dan pembelajaran khususnya komunikasi antara guru dan murid.
Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa dengan komunikasi yang baik dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran dengan cara pemecahan masalah adalah pertama dipecahkan secara anlisis deskriptif kualitatif setelah memperoteh data di lapangan meialui angket, observasi dan wawancara, dan masalah yang kedua dipecahkan secara analisis inferensial teknik korelasi product moment pearson.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara strategi komunikasi guru dengan efektifitas pembelajaran di sekotah dasar kabupaten Gowa serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas pembelajaran di SD kabupaten Gowa.
Tujuan-tujuan komunikasi biasa bermacam-macam tergantung pada medan komunikasi yang disentuhnya. Komunikasi instruksional mempunyai tujuan interaksi edukatif di pihak sasaran (komunikan). Komunikasi pembangunan bertujuan agar tercapai masyarakat adil dan makmur melalui pemerataan informasi yang bersifat membangun, demikian pula komunikasi lainnya akan mempunyai tujuan sendiri-sendiri.
Selanjutnya masalah strategi banyak dikaitkan dengan istilah metode, teknik dan taktik. Ketiga istilah ini sebenarnya masih dalam lingkungan strategi hanya mempunyai garapan yang lebih praktis, sempit dan rinci. Kalau dikatakan strategi komunikasi adalah perencanaan yang menyeluruh tentang kegiatan komunikasi, maka metode komunikasi mempunyai arti yang lebih sempit dari itu, yakni prosedur runtut yang digunakan untuk menyelesaikan dan menjelaskan aspek-aspek komunikasi.
Menurut Prayitno Sunarto, dkk (1995:49) strategi pesan merupakan orientasi pemasaran yang diberikan kepada pembuat atau pengolah pesan, sebagai pedoman dalam membuat pesan. Strategi pesan dianggap sebagai hasil ramuan dari berbagai informasi mengenai produk atau gagasan, lingkungan dan khalayak sasaran ke dalam konteks komunikasi yang kemudian dipakai untuk merumuskan pesan dengan tepat. Pembuatan dan pengolahan pesan yang kurang baik seringkali akan menghasilkan pesan yang tidak akan dilihat atau diperhatikan oleh khalayak atau komunikan.
Menurut Gilson dan Berkman (Prayitno. S. 1995:50) bahwa proses perumusan strategi pesan berlangsung melalui tiga tahapan yaitu: tahap pertama, mengumpulkan dan mempersiapkan informasi yang menyangkut rencana pemasaran dan komunikasi; tahap kedua, pembuat dan pengolah pesan berusaha memahami dan mempelajari informasi-informasi yang diperoleh untuk menentukan posisi serta tujuan pesan yang akan dihasilkan; tahap ketiga, merupakan langkah terakhir yaitu melakukan presentase di hadapan pemasaran atau klien untuk memperoleh persetujuan sebelum rancangan pesan diproduksi dan dipublikasikan.
Dalam pembuatan dan pengelolahan pesan menurut Rhenald Kasali (Prayitno S, 1995:50), kita harus memperhitungkan dan memperhatikan faktor-faktor yang dikenal dengan AIDCA yaitu Attention (perhatian), Interest (minat), Desire (kebutuhan/keinginan), Conviction (rasa percaya) dan Action (tindakan).
Pesan pada dasarnya disampaikan untuk menggerakkan atau mengubah sikap khalayak sasaran agar bertindak seperti apa yang diharapkan oleh komunikator. Dalam menentukan strategi penyampaian pesan terlebih dahulu kita lihat urutan dan efek pesan yang merupakan aspek-aspek perubahan sikap. Aspek-aspek tersebut adalah kognitif, afektif dan behavioral atau konatif.
Masing-masing aspek perubahan sikap khalayak sasaran pada dasarnya ditentukan oleh beberapa sifat dari penyampaian pesan (Widjaya W. dalam Prayitno 1995:54) sifat dari penyampaian pesan itu adalah : (1) sifat pesan informatif, yaitu pesan yang disampaikan bersifat memberikan keterangan (fakta-fakta), kemudian komunikan mengambil kesimpulan keputusan tersendiri; (2) sifat pesan persuasif yaitu pesan yang disampaikan membangkitkan pengertian dan kesadaran komunikan bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan perubahan sikap, tetapi berubahnya adalah atas kehendak sendiri, bukan karena paksaan; (3) sifat pesan koersif yaitu penyampaian pesan yang bersifat memaksa dan menggunakan sanksi-sanksi apabila tidak dilaksanakan.
Perencanaan media adalah bagian dari program suatu komunikasi. Perencanan media merupakan upaya memperoleh langkah-langkah yang paling efektif sebagai dukungan dalam mencapai tujuan yang diharapkan dari suatu program komunikasi.
Strategi media intinya adalah pemilihan media, penentuan frekuensi pemasangan atau kunjungan untuk penyampaian pesan, serta evaluasi tentang kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan, di samping pertimbangan efisiensi biaya. Rencana media yang telah dihasilkan, akan diterapkan sebagai bagian dari kegiatan pelaksanaan program komunikasi.
Dalam pemilihan media, perlu dipahami klasifikasi media yang didasari pada karakteristik masing-masing media. Secara kategori media dapat dikelompokkan masing-masing media. Secara kategori media dapat dikelompokkan ke dalam media cetak majalah dan media cetak surat kabar. Media siar yakni media siar radio dan media siar televisi. Sedang media luar ruang data berupa: media papan reklame (billboard), spanduk/banner, umbul-umbul (vertical banner), media transit (bis kota, taksi kereta api dan sejenisnya), atau poster. Adapun untuk media interpersonal, berupa lembar balik (flip chart) poster, overhead projector, slide projector, papan peraga, sampel dan sejenisnya (Prayitno S. 1995:99).
Dalam kaitan dengan dunia instruksional, strategi mempunyai arti yang lebih luas dari pada metode (Yusuf M.P. 1990:91). Strategi instruksional adalah pendekatan menyeluruh atas proses belajar mengajar dalam sistem instruksional. Strategi instruksional merupakan perencanaan penuh perhitungan yang kemungkinan-kemungkinan kegiatannya bakal ditempuh dalam pelaksanaannya nanti yang telah dirinci secara sadar dan teliti. Upaya selanjutnya dari strategi instruksional ini adalah metode, teknik dan taktik. Ketiga istilah ini mempunyai arti penjabaran yang lebih operasional, bahkan dapat dikatakan bahwa metode, teknik dan taktik merupakan kelanjutan kegiatan strategi secara operasional, langsung dan praktis. Akan tetapi ketiga istilah ini masing-masing mempunyai arti yang tidak sejalan, artinya berada pada kerangka sistem yang berhubungan secara subordinatif.
Berbicara tentang strategi, teknik dan taktik tak dapat dipisahkan dengan pembuatan persiapan mengajar atau disebut Satuan Acara Instruksional (SAI). Manfaat SAI yang terpenting adalah sebagai pedoman bagi seorang komunikator yakni guru, dosen, instruktur, atau para praktisi komunikasi lainnya dalam melakukan kegiatannya yakni mengkomunikasikan ide atau gagasannya kepada khalayak sasaran atau komunikan.
Strategi komunikasi merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan dalam arti bahwa pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Menurut R. Wayne Pace, dkk dalam Effendy (1992:32), tujuan sentral strategi komunikasi tersendiri atas tiga tujuan utama yaitu: to secure understanding, to establish acceptance dan to motivate action. To secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Jika komunikan sudah mengerti dan menerimanya, maka penerimanya itu harus dibina (to establish acceptance) dan pada akhirnya kegiatan dimotivasikan (to motivate action).
Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik instruksi. Namun apapun tekniknya yang pertama-tama komunikan harus mengerti pesan komunikasi itu. Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi pesan komunikasi ialah bahasa gambar, warna, kial (gesture), dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak isi pesan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan gabungan lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat kabar, film atau televisi.
Lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi ialah bahasa karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, hal yang konkrit dan abstrak, pengalaman yang sudah lalu dan yang akan datang, dan sebagainya. Tanpa penguasaan bahasa hasil pemikiran yang bagaimanapun banyaknya tak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat. Banyak kesalahan informasi dan kesalahan interpretasi disebabkan oleh bahasa.
Secara umum suatu komunikasi dapat dikategorikan berlangsung dengan efektif bila ide atau informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan (komunikator), dipahami oleh penerima pesan (komunikan) sesuai dengan pemahaman pemberi pesan, ide atau informasi yang disampaikan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fisher (1998:11) yang mengatakan bahwa komunikasi dapat dipandang baik atau efektif sejauh ide, informasi, dan sebagaimana dimiliki bersama oleh, atau mempunyai kebersamaan arti bagi orang-orang yang terlibat dalam perilaku komunikasi tadi. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa jika kita berada dalam suatu situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa atau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi.”
Adanya pemahaman yang sama antara pemberi pesan (komunikator) dan penerima pesan (komunikan) terhadap ide atau informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi tersebut ditentukan oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah hubungan antar pribadi yang baik di antara orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Oleh karena komunikasi antar pribadi selalu terjadi dalam suatu kelompok baik tidaknya hubungan antar pribadi yang ada dalam kelompok tersebut. Strategi komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan dalam arti bahwa pendekatan bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi. Menurut R. Wayne Pace, dkk dalam Effendy (1992:32) tujuan sentral strategi komunikasi tersendiri atas tiga tujuan utama yaitu to secure understanding, memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya; to establish acceptance, jika komunikan sudah mengerti dan menerimanya, maka penerimanya itu harus dibina dan to motivate action, pada akhirnya kegiatan dimotivasikan.
Secara umum suatu komunikasi dapat dikategorikan berlangsung dengan efektif atau informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan (komunikator), dipahami oleh penerima pesan (komunikan) sesuai dengan pemahaman pemberi pesan, ide atau informasi yang disampaikan tersebut. hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fisher (1986:11) yang mengatakan bahwa komunikasi dapat dipandang baik atau efektif sejauh ide, informasi dan sebagaimana dimiliki bersama oleh atau mempunyai kebersamaan arti bagi orang-orang yang terlibat dalam perilaku komunikasi tadi.
Pembelajaran atau instruksional menurut Pawit M. Yusuf (1990:4) bahwa instruksional berasal dari kata instruction, artinya pembelajaran atau pengajaran. Pembelajaran sebagai salah satu bentuk proses komunikasi dimana guru (dosen) sebagai komunikator, materi kuliah sebagai pesan media yang digunakan sebagai saluran, siswa (mahasiswa) sebagai komunikasi dan hasil belajar sebagai efek.
Menurut Degeng (1993:3), ada delapan hal atau asumsi tentang hakikat desain pembelajaran sebagai berikut: (1) perbaikan kualitas pembelajaran diawali dari desain pembelajaran, (2) pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan sistem, (3) desain pembelajaran didasarkan pada pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar, (4) desain pembelajaran diacukan kepada si-belajar secara perseorangan, (5) hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil pengiring, (6) sasaran akhir desain pembelajaran adalah memudahkan belajar, (7) desain pembelajaran mencakup semua variable yang mempengaruhi belajar, (8) inti desain pembelajaran adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Referensi :
Achmad. A.S 1992. Komunikasi Media Massa dan khalayak. Ujung Pandang: Hasanuddin University Press.
Degeng, S.Ny dan Mirso Yusufhadi. Terapan Teori Kognitif da/am Desain Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Dirjen. PT.
Effendy, U.D.1998. llmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fisher, B.A .1986. Teori-teori Komunikasi. Mekanistis, sikotogis, Interaksional dan Pragmatis. Terjemahan Soejono Prima. Bandung: Remaja Karya.
Poerwadarminta W.J.S. 1982. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:: Depdibud.
Prayitno, dkk. 1995. Perencanaan Program Penyutuhan. Jakarta: Universitas Terbuka. Indonesia
Yusuf, M.P.1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.