PUSKUD UNICEF ADMIN ANEKA ILMU E-DUKASI JARDIKNAS

Sekapur Sirih

Para pengunjung blog yang budiman, masa waktu dua belas bulan dalam tahun 2008 usai sudah telah kita lewati. Tak terasa, kini kita telah memasuki masa waktu yang baru di tahun 2009. Jika kita merenungi masa pada tahun 2008, maka nampak dalam benak kita suatu pertanyaan, prestasi apa yang telah kita capai pada saat itu? idealnya, tentu pertanyaan itu akan timbul kembali pada benak kita, apa pula prestasi yang akan kita raih pada tahun 2009 ini?

Sungguh pertanyaan-pertanyaan itu mengandung nilai-nilai motivasi. Adalah suatu nilai-nilai yang tersirat didalamnya menuju pada sebuah kata kunci “perubahan“. Perubahan ini kita konotasikan dengan kemajuan dalam alam lingkungan kehidupan. Dengan demikian, sasaran akhirnya adalah bagaimana mengisi trend kondisi dinamika yang lagi berkembang. Ini berarti merangsang kita untuk menciptakan suatu gebrakan “selangkah lebih maju“ dalam fenomena kehidupan ini.

Itulah yang mengilhami cara dan gaya berpikir PUSKAPLING dan SDN 1 Tilote yang ada di Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Pada tahun ini, tepatnya pada tanggan 12 bulan Januari 2009, PUSKAPLING bersama SDN 1 Tilote telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU), tentang Kerja Sama Penerapan Dan Pengembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

Semangat dan itikad kedua belah pihak ini, membuktikan, bahwa wujud keberadaan PUSKAPLING adalah sebuah cermin LSM yang tidak hanya mahir dalam memainkan kritik terhadap kebijakan yang ada. Namun dihadapan pemerintah, posisi PUSKAPLING disamping sebagai lembaga sosial kontrol kebijakan Pemerintah, sekaligus menjadi bentuk keterwakilan peran masyarakat.

Bentuk keterwakilan itu, adalah suatu keterwakilan yang memiliki kemampuan peran dalam memberikan sentuhan konsep berpikir untuk maju dan berkembang. Dengan demikian, eksistensi PUSKAPLING tidak hanya menjadi lembaga sosial kontrol semata, melainkan sebagai mitra Pemerintah dalam meningkatkan sumber daya manusia.

Oleh karena itu, konsep berpikir ini, jelas merupakan relevansi dari sikap menuju suatu perubahan selangkah lebih maju. Yaitu suatu sikap pembentuk prilaku yang respect terhadap trend kondisi dinamika teknologi, informasi, dan komunikasi yang lagi berkembang. Inilah yang mewarnai semangat cara dan gaya berpikir pihak manajemen SDN 1 Tilote.

Manajemen SDN 1 Tilote dalam menyikapi trend kondisi dinamika teknologi, informasi, dan komunikasi yang lagi berkembang itu, telah membuka diri terhadap kehadiran PUSKAPLING. Kehadiran PUSKAPLING bagi SDN 1 Tilote, dipercayakan dan diharapkan dapat menggenjot sumber daya manusia dari para anak didiknya, khususnya dibidang penguasaan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK).

Memperhatikan konsep berpikir dari PUSKAPLING dan prilaku manajemen SDN 1 Tilote yag senantiasa membuka diri itu, dapat disimpulkan inilah model kemitraan yang diharapkan dalam pendidikan. Karena hal itu merupakan nafas dari implementasi Pasal 8, 9, dan 10 sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.


SADIK GANI, SE

Information and Communication Technologi

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), begitulah terjemahan dari INFORMATION and COMMUNICATION TECHNOLOGI (ICT). Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah deretan tiga suku kata yang saat ini lagi akrab dibibir orang, khususnya di lingkungan pendidikan atau kelompok birokrasi, bahkan belakangan ini, juga termasuk golongan-golongan masyarakat tertentu.

Memahami Teknologi informasi dan komunikasi, tidak hanya menyandarkan pada pengertian tiga suku kata di atas. Tetapi lebih dari itu harus dipahami lebih dalam, mengapa tiga suku kata itu harus dipadu menyadi satu kalimat yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran TIK. Itu mengartikan, bahwa tiga kata dasar itu, masing-masing memiliki nilai kekuatan dan pengaruh tersendiri dalam peradaban kehidupan manusia.

Sebagai bukti yang logis dari kekuatan-kekuatan itu, yakni disadari atau tidak, bahwa aktivitas yang sedang berlangsung dilakukan manusia saat ini, pada hakikatnya adalah mengelola informasi yang diterima sebelumnya. Disadari atau tidak pula, bahwa keberadaan informasi itu sendiri lahir karena adanya komunikasi. Demikian pula terhadap komunikasi, itu dapat terjadi karena tidak lepas dari media (teknologi) sebagai alat pengantar maksud dan tujuan.

Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, maka ICT atau TIK yang menjadi medan garapan ilmu pengetahuan dari ICT CLINIC di SDN 1 Tilote adalah; Teknologi Informasi dan Komunikasi, BUKAN “Informasi Komunikasi dan Teknologi“. Hal ini cukup beralasan, karena informasi komunikasi dan teknologi, pengertiannya adalah informasi tentang komunikasi dan informasi tentang teknologi. Dengan demikian informasi komunikasi dan teknologi, hanyalah terbatas pada pengetahuan saja, dan bukan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, sifat dari informasi komunikasi dan teknologi, mudah ditemui atau diperoleh, hanya dengan cukup nonton televisi, dengar radio, maupun baca koran saja.

Sedangkan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah identik dengan ilmu pengetahuan. Yaitu teknologi tentang informasi dan teknologi tentang komunikasi. Karena itu pula, teknologi informasi dan komunikasi tidak terbatas pada pengetahuan saja, tetapi justru berada pada level garapan sebuah studi “ilmu pengetahuan”. Dengan sendirinya, untuk menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi, tidak semudah kita nonton televisi, dengar radio, ataupun baca koran. Melainkan diperoleh hanya melalui teori dan praktek pendidikan tertentu saja.

Pada unsur kata Teknologi, Informasi, Komunikasi inilah, mengapa ICT Clinic harus dihadirkan ditengah-tengah para anak didik sekolah yang ada di SDN 1 Tilote. Dengan TIK ini, para anak didik akan diarahkan pada pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi yang berbudaya.

Pengenalan, penguasaan, dan pembentukan peradaban teknologi pada tingkat anak didik ini, dimaksudkan karena alasan dinamika dunia pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menuju pada suatu jenjang peradaban dunia pendidikan dan kehidupan yang lebih baik, ICT SDN 1 Tilote telah memiliki TAKTIK. Artinya; Tidak Ada Kehidupan yang baik (peradaban), tanpa menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Muhajirin AHM

Senin, 25 Mei 2009

Dari D4, melalui CBSA, sampai dengan PAKEM

Oleh : Suparlan *)

Di masa sekarang dan yang akan datang pengelolaan pendidikan harus lebih demokratis dalam bentuk memberikan otonomi seluas-luasnya kepada masyarakat. Saat ini pemerintah sedang menggulirkan kebijakan otonomi pendidikan. Ini merupakan momentum bagi masyarakat untuk berpartisipasi tidak saja dalam aspek manajemennya, lebih penting lagi adalah dalam memperkaya muatan pendidikan dengan wacana kultural, sosial, agama, dan lain sebagainya yang berkembang di lingkunganya. (Abdul Malik Fadjar).
Peristiwa yang paling buruk (di dunia ini) adalah jika sekolah dijalankan dengan metode ancaman, paksaaan, dan otoritas semu. (Albert Einstein)

Memang benar sekali. Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, kecuali kata 'perubahan' itu sendiri. Termasuk di dalamnya adalah tentang model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran dari waktu ke waktu sudah barang tentu akan mengalami perubahan. Proses perubahan itu pasti akan dipengaruhi secara timbal balik oleh proses perubahan kondisi sosial-ekonomi-budaya-politik, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya.

Tulisan ini akan mencoba merekam kembali perjalanan sejarah perubahan penggunaan model pembelajaran di Indonesia, mulai dari D4, melalui CBSA, dan kini telah gencar disosialisasikan model pembelajaran PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan). Perubahan itu sejatinya menggambarkan perubahan sosok kehidupan sosial-ekonomi-budaya-politik dalam masyarakat.

D4, Antara Wajah Masyarakat dan Wajah Sekolah

Istilah D4 pada awalnya memang muncul di sekitar kehadiran banyak anggota legislatif dalam melaksanakan fungsinya (legislasi, budget, dan pengawasan). Pada saat itu konon banyak anggota legislatif hanya datang, duduk, diam, dan dengar saja dalam sidang-sidang yang diikutinya. Hanya kur tepuk tangan yang riuh lah yang sering mewarnai saat-saat pengambilan keputusan, baik dalam sidang komisi maupun sidang plenonya. Mereka datang ke ruang sidang, kemudian mereka mendengarkan pidato-pidato dalam sidang itu, dan mereka duduk dengan tenang, bahkan nyaris mengantuk, dan pada akhir pengambilan keputusan, mereka bersorak 'setuju', dan akhirnya diikuti oleh kur tepuk tangan, sebagai tanda sidang telah usai dengan suara bulat, bukan lonjong.

Kondisi sidang legislatif dan rapat dalam masyarakat tersebut nyaris sama dengan kondisi ruang kelas kita. Anak-anak datang ke sekolah, duduk dengan manis di kelasnya masing-masing, tangan dilipat, mulut ditutup (diam) untuk mendengarkan celoteh sang guru. Dalam hal ini, wajah sekolah memang benar-benar menjadi miniatur wajar masyarakat kita. Apa saja yang terjadi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, tampak nyata akan tergambar dalam kehidupan sekolah.

Bahkan, apa yang tergambar di ruang sidang legislatif dengan anggotanya yang saling dorong dan nyaris baku hantam antara sesama anggota dewan, atau wajah masyarakat yang saling melakukan tawuran antara dua kelompok masyarakat yang hanya dipisahkan dengan jalan kampung, ternyata juga tergambar dengan adanya tawuran antarsiswa atau mahasiswa antarsekolah atau antarfakultas di suatu perguruan tinggi. Bukankah hal itu merupakan gambaran yang nyaris sama antara keduanya. Sekali lagi, D4 merupakan satu gambaran masyarakat dan sekolah kita pada satu kurun waktu tertentu.

CBSA, Satu Terobosan Yang Belum Selesai

Dalam konteks pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak lagi dipandang sebagai gelas kosong yang harus diisi oleh guru. Peserta didik adalah subyek didik, dan bukan obyek. Dalam memperoleh pengalaman belajar dalam ruang kelas, mereka bukan bebek-bebek yang hanya akan digiring oleh gurunya. Bukan pula burung-burung beo yang cukup hanya disuruh menirukan bunyi sang pelatihnya. Sebaliknya, peserta didik adalah anak manusia yang telah lahir dengan seperangkat potensi yang harus dikembangkan secara optimal melalui proses pembelajaran. Peserta didik harus banyak diberikan kesempatan untuk beraktivitas untuk memperoleh pengalaman belajar yang akan diperlukan ketika mereka telah terjun dalam masyarakat. Oleh karena itu, proses belajar mengajar di dalam dan di luar kelas harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, bukan hanya datang, duduk, diam, dan dengar. Dari sinilah lahir apa yang dikenal dengan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang telah diadopsi dari konsep Student Active Learning (SAL) dari negeri asalnya, yakni Amerika Serikat.

Dengan CBSA, metode mengajar guru bukan hanya ceramah, tetapi multimetoder, sekali veramah, kemudian diskusi, atau tanya jawab, kerja kelompok, dan sebagainya. Media dan sumber belajar bukan hanya dari buku, tetapi dari berbagai sumber seperti koran, majalah dan sumber langsung dari alam sekitar. Aktivitas siswa bukan hanya mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis gurunya di papan tulis, melainkan mengeluarkan pendapat di depan kawan-kawan dalam satu kelompok, ataupun dalam satu kelas. Anak-anak mencari sendiri sumber belajar, mendiskusikan dengan kawan-kawannya, membuat rangkuman dan menulisnya dalam lembar kertas yang akan dilaporkan di hadapan teman-temannya. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, maka ruang kelas tidak lagi disusun dengan pola lama, berderet-deret, tetapi berkelompok-kelompok. Bahkan, pola tempat duduk yang berkelompok-kelompok ini nyaris menjadi ciri yang menonjol dalam pendekatan CBSA. Bahkan terdengar khabar nyaring bahwa bangku-bangku lama akan diganti dengan bentuk bangku-bangku yang mudah untuk diatur untuk membentuk kelompok. Kemudian, khabar tentang perubahan bentuk bangku ini pun nyaris menjadi ciri pendekatan CBSA.

Walhasil, pelaksanaan CBSA yang telah sampai kepada tahap pengembangan replikasi di berbagai sekolah, akhirnya mengalami masa surut. Bahkan akhirnya mengalami degradasi sampai pada tingkat nadir. CBSA dilecehkan dengan akronim yang tidak menyesakkan hati, seperti Catat Buku Sampai Abis, atau Cicilan Baju Seragam Abu-abu, dan banyak lagi yang lain. Proses uji coba dan replikasi CBSA menjadi terhenti tanpa melalui evaluasi, dan sebagai satu terobosan untuk proses pembaharuan dalam dunia pendidikan, CBSA belum dapat dikatakan selesai. Dari segi proses, nuansa D4 dalam proses belajar mengajar belum sepenuhnya berubah. Konsep CBSA masih setengah hati, dan kini belum bangkit kembali.

Empat Pilar Pendidikan Menurut UNESCO

Dalam kondisi yang seperti itu, mutu pendidikan tidak bertambah baik, malah sebaliknya. Beberapa lembaga internasional telah mengadakan penelitian. Hasilnya mengejutkan. Indeks Pembangunan Manusia (HDI) Indonesia turun dan berada satu tingkat di bawah negara Vietnam. Sistem pendidikan pun berada pada urutan ke-12 dari 12 negara yang diteliti. Sementara itu, terdengar nyanyian merdu yang sayup-sayup sampai ke telinga para pegiat pendidikan di Indonesia, misalnya tentang Empat Pilar Pendidikan dari UNESCO, yakni (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning how to live together. Nyanyian merdu dari UNESCO ini menyadarkan kepada kita bahwa proses belajar mengajar bukan hanya diperlukan agar peserta didik semata-mata dapat memperoleh pengetahuan sebanyak-banyaknya. Peserta didik harus banyak diberikan kesempatan agar pada akhirnya dapat melakukan atau mengerjakan sendiri, dapat menjadi dirinya sendiri sesuai dengan potensi bakat dan minat yang mereka miliki, dan bahkan pada akhirnya peserta didik harus mampu untuk dapat hidup bersama dalam masyarakat yang semakin majemuk.

PAKEM, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan

Sejauh ini, penulis belum menemukan satu catatan atau informasi yang telah menjelaskan tentang sejarah penggunaan akronim PAKEM sebagai satu model pembelajaran. Malah, di samping akronim PAKEM, ada akronim lain yang sejenis yang juga digunakan juga dalam konteks pembelaran, yakni ASIK, dan akhir-akhir ini muncul istilah PAIKEM, yang tampak berasal dari akronim PAKEM. ASIK merupakan akronim dari Aktif, Senang, Inovatif, dan Kreatif. Sementara PAIKEM adalah PAKEM yang ditambah dengan satu ciri pengembangan dari pembelajaran kreatif, yakni pembelajaran yang inovatf.

Dengan menggunakan dana bantuan dari USAID, dalam berbagai kegiatan diklatnya, program MBE (Managing Basic Education) selalu mengaitkan antara PAKEM dengan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) dan PSM (Peran Serta Masyarakat). Ketiganya dipandang sebagai tiga unsur dalam satu kesatuan (three in one) sebagai program MBE. Untuk mendukung upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, ketiga unsur ini akan saling mempengaruhi dan saling mendukung. Ibaratnya, tidak akan ada PAKEM dalam pembelajaran tanpa diawali dengan manajemen yang berbasis sekolah (MBS), dan tidak akan ada MBS tanpa didukung oleh peran serta secara aktif orangtua dan masyarakat (PSM).

Secara fisikal, ada beberapa ciri menonjol yang tampak secara kasat mata dalam proses pembelajaran dengan menggunakan PAKEM. Pertama, adanya sumber belajar yang beraneka ragam, dan tidak lagi mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber belajar. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk lebih memperkaya pengalaman belajar peserta didik. Bukan semata-mata untuk menafikan sama sekali buku pelajaran sebagai salah satu sumber belajar peserta didik. Kedua, sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain skenario pembelajarannya dengan berbagai kegiatan. Ketiga, hasil kegiatan belajar mengajar kemudian dipajang di tembok kelas, papan tulis, dan bahkan ditambah dengan tali rapiah di sana-sini. Pajangan tersebut merupakan hasil diskusi atau hasil karya siswa.pajangan hasil karya siswa menjadi satu ciri fisikal yang dapat kita amati dalam proses pembelajaran. Keempat, kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif, yang biasanya didominasi oleh kegiatan individual dalam beberapa menit, kegiatan berpasangan, dan kegiatan kelompok kecil antara empat sampai lima orang, untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah disepakati bersama, dan salah seorang di antaranya menyampaikan (presentasi) hasil kegiatan mereka di depan kelas. Hasil kegiatan siswa itulah yang kemudian dipajang. Kelima, dalam mengerjakan pelbagai tugas tersebut, para siswa, baik secara individual maupun secara kelompok, mencoba mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya. Keenam, dalam melaksanakan kegiatannya yang beraneka ragam itu, tampaklah antusiasme dan rasa senang siswa. Ketujuh, pada akhir proses pembelajaran, semua siswa melakukan kegiatan dengan apa yang disebut sebagai refleksi, yakni menyampaikan (kebanyakan secara tertulis) kesan dan harapan mereka terhadap proses pembelajaran yang baru saja diikutinya.

Bahan Renungan

Apakah D4 sudah tidak lagi dilakukan dalam pembelejaran di negeri ini? Apakah model pembelajaran di sekolah telah sepenuhnya berubah total mengikuti PAKEM? Oh, belum. Pasti belum. Model PAKEM baru dilaksanakan di sekolah-sekolah yang gurunya telah mengikuti diklat Managing Basic Education (MBE) di kabupaten-kabupaten tertentu yang telah dipilih. Apakah sekolah-sekolah yang telah menerapkan PAKEM telah menunjukkan tanda-tanda peningkatan kualitas hasil belajarnaya? Inilah pertanyaan yang ada di dalam benak banyak orang. Belum semua sekolah yang menjadi binaan MBE meningkat hasil belajarnya. Dalam Surara MBE Edisi 10, Bulan Oktober 2005 ada informasi yang membanggakan, yakni "di Kota Madiun, dari 14 SD dan MI binaan MBE, 12 di antaranya naik ranking". Berita ini pasti menggembirakan, dan sekaligus menjadi setitik harapan bagi negeri ini yang sedang berusaha keras untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Apa yang diperlukan agar penerapan konsep PAKEM dapat berhasil? Pertama, memerlukan komitmen dari semua stakeholder pendidikan. Dan kedua, juga dana yang memadai untuk melaksanakan konsep yang bagus ini. Di masa mendatang, terbetikkah di hati kita bahwa, sekolah yang telah melaksanakan PAKEM bukan hanya menjadi gambaran kecil atau miniatur masyarakatnya, tetapi menjadi agen pembaharuan untuk mengubah masyarakat D4 menjadi masyarakat yang demokratis, antara lain karena sekolah itu telah berhasil melaksanakan PAKEM? Insyaallah.


*) Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mantan Kepala Bidang Pelayanan Teknis PPPG Matematika Yogyakarta, E-mail: bsuparlan [at] yahoo [dot] com. Website: www.suparlan.com

Tidak ada komentar:

Silabus Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sekolah Dasar

Download Prediksi Soal Ujian Akhir Nasional (UAN) SD di Internet

Artikel singkat ini tentu saja akan berguna bagi para guru Sekolah Dasar (SD) yang sibuk mempersiapkan para siswanya menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Redaksi berkesempatan mengumpulkan link download soal-soal Ujian Akhir Nasional SD dari beberapa sumber, diantaranya dari Lembaga Bimbingan Belajar SSC (Sony Sugema College) dan beberapa sumber yang lain. Berikut ini daftar link download tersebut :

Terima kasih kepada semua pihak yang telah bersusah payah meng-upload file tersebut ke Internet. Semoga bermanfaat!

Belajar Bahasa Inggris Online

With the advance of information and technology, especially internet, the access to study English is open online widely. This is very helpful to develop our English competency. There are many internet sites providing English learning pages, and many of them are free of charges. Some sites that I collected from various sources.

Dengan kemajuan IT sekarang ini, terbuka dengan sangat lebar bagi kita untuk belajar bahasa Inggris secara on-line. Ini sangat membantu kita meningkatkan kemampuan bahasa Inggris kita. Terdapat banyak sekali situs situs yang menyediakan halaman-halaman pembelajaran bahasa Inggris, dan tidak sedikit diantaranya gratis.

silahkan klik link berikut ini :

ESL go Bell English Online English @ home English for Free ENGLISHonline.net Self-Study Quizzes for ESL Students (English Tests) ESL PartyLand–quiz center English Language Quizzes - UsingEnglish.com ESL test: English Grammar Tenses / Esl quiz Super Quiz Machine for ESL Students (English Test) ESL Quizzes,grammar quiz, ESL grammar quiz,Upper Intermediate Irregular Verbs - Spelling Quiz E. L. Easton - English - Exercises, Quizzes, Tests English Grammar for ESL Learners Grammar Activities (Ohio ESL) ESL - English Exercises and Quizzes English Grammar: Present Continuous Tense Quiz EnglishClub.com) English as a Second Language - Tenses Quiz English Language Quizzes - UsingEnglish.com ESL test: English Grammar Tenses / Esl quiz Learn English English Exercises Online! (by Lilliam Hurst) O N L I N E E X E R C I S E S - Grammar English Grammar Exercises Business English Lessons English Exercise - English Exercises E. L. Easton - English - Exercises, Quizzes, Tests

Tenses Quiz From English Page dot com

  1. Verb Tense Exercise 1 Simple Present and Present Continuous
  2. Verb Tense Exercise 2 Simple Present and Present Continuous
  3. Verb Tense Exercise 3 Simple Past and Past Continuous
  4. Verb Tense Exercise 4 Simple Past and Past Continuous
  5. Verb Tense Exercise 5 Simple Past and Present Perfect
  6. Verb Tense Exercise 6 Simple Past and Present Perfect
  7. Verb Tense Exercise 7 Present Perfect and Present Perfect Continuous
  8. Verb Tense Exercise 8 Present Perfect and Present Perfect Continuous
  9. Verb Tense Exercise 9 Present Continuous and Present Perfect Continuous
  10. Verb Tense Exercise 10 Present Continuous and Present Perfect Continuous
  11. Verb Tense Exercise 11 Simple Past and Past Perfect
  12. Verb Tense Exercise 12 Simple Past, Present Perfect, and Past Perfect
  13. Verb Tense Exercise 13 Past Perfect and Past Perfect Continuous
  14. Verb Tense Exercise 14 Present Perfect, Past Perfect, Present Perfect Continuous,
  15. Verb Tense Exercise 15 Tenses with durations
  16. Verb Tense Exercise 16 Present and Past Tenses with Non-Continuous Verbs
  17. Verb Tense Exercise 17 Present and Past Tense Review
  18. Verb Tense Exercise 18 Will and Be Going to
  19. Verb Tense Exercise 19 Will and Be Going to
  20. Verb Tense Exercise 20 Will and Be Going to
  21. Verb Tense Exercise 21 Simple Present and Simple Future
  22. Verb Tense Exercise 22 Simple Present and Simple Future
  23. Verb Tense Exercise 23 Simple Future and Future Continuous
  24. Verb Tense Exercise 24 Simple Present, Simple Future, Present Continuous, and Future Continuous
  25. Verb Tense Exercise 25 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  26. Verb Tense Exercise 26 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  27. Verb Tense Exercise 27 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  28. Verb Tense Exercise 28 Future Perfect and Future Perfect Continuous
  29. Verb Tense Final Test Cumulative Verb Tense Review
  30. Verb Tense Practice Test Cumulative Verb Tense Review
  31. Verb Tense Exercise 1
  32. Verb Tense Exercise 2
  33. Verb Tense Exercise 3
  34. Verb Tense Exercise 4
  35. Verb Tense Exercise 5
  36. Verb Tense Exercise 6
  37. Verb Tense Exercise 7
  38. Verb Tense Exercise 8
  39. Verb Tense Exercise 9
  40. Verb Tense Exercise 10
  41. Verb Tense Exercise 11
  42. Verb Tense Exercise 12
  43. Verb Tense Exercise 13
  44. Verb Tense Exercise 14
  45. Verb Tense Exercise 15
  46. Verb Tense Exercise 16
  47. Verb Tense Exercise 17
  48. Verb Tense Exercise 18
  49. Verb Tense Exercise 19
  50. Verb Tense Exercise 20
  51. Verb Tense Exercise 21
  52. Verb Tense Exercise 22
  53. Verb Tense Exercise 23
  54. Verb Tense Exercise 24
  55. Verb Tense Exercise 25
  56. Verb Tense Exercise 26
  57. Verb Tense Exercise 27
  58. Verb Tense Exercise 28
  59. Verb Tense Final Test
  60. Verb Tense Practice Test

Open Source Popular:

Slackware Linux 12.2
Slackware Linux 12.2
Ubuntu 8.10 Intrepid Ibex
Ubuntu 8.10 Intrepid Ibex
Mandiva Linux 2009.0
Mandiva Linux 2009.0
CentOS 5.2
CentOS 5.2
Gentoo 2008.0R1 'It's got what plants crave'
Gentoo 2008.0R1 'It's got what plants crave'
openSUSE 11.1
openSUSE 11.1
Fedora 10 'Cambridge'
Fedora 10 'Cambridge'
Debian GNU/Linux 4.0 'Etch'
Debian GNU/Linux  4.0 'Etch'
FreeBSD 7.1 Release
FreeBSD 7.1 Release
Sabayon Linux 4r1
Sabayon Linux 4r1
PCLinuxOS 2007 Live/Install-CD
PCLinuxOS 2007 Live/Install-CD
Kubuntu 8.10 Intrepid IBex
Kubuntu 8.10 Intrepid IBex

Most Read Article